Belajar dari Nabi Ayyub as dalam Menghadapi Cobaan Hidup

Cobaan hidup merupakan ujian yang tak terhindarkan bagi setiap individu dengan bentuk yang bermacam-macam bisa berupa kesedihan, kekurangan, kesakitan. Bahkan kebahagiaan dan kekayaan pun bisa menjadi cobaan.
Penting bagi seorang muslim, untuk mampu melewati dan menjalani cobaan dengan penuh kesabaran dan keimanan yang merupakan bagian integral dari kehidupan. Namun, sebagai seorang manusia, lumrah rasanya jika hinggap rasa gundah, sedih, galau, lelah dan bahkan terkadang putus asa.
Islam tidak melarang umatnya merasakan emosi-emosi tersebut, namun Islam membatasi dan melarang sikap-sikap tersebut apabila berlarut-larut sehingga merusak kehidupan seorang muslim. Al-Qur’an sebagai sumber pedoman hidup umat muslim yang luar biasa membahas kisah Nabi Ayyub as yang membahas bagaimana seorang hamba Allah menghadapi cobaan dengan tekad yang kuat dan iman yang tidak tergoyahkan.
Kisah Nabi Ayyub as dalam Al-Qur’an dibahas dalam Al-qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 83-84 dan surat Shad ayat 41-44. Dalam surat Al-Anbiya’ dijelaskan bahwa Nabi Ayyub ditimpa penyakit sehingga ia berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sembari terus memuji-Nya walaupun dengan semua cobaan yang dideritanya. Melalui berbagai literasi disebutkan bahwa penyakit Nabi Ayyub menyebabkan beliau ditinggalkan oleh semua istrinya kecuali satu orang saja.
Tidak hanya itu, Nabi Ayyub juga kehilangan anak-anak dan harta yang selama ini beliau miliki namun beliau tetap memuji Allah. Betapa lapang dan bertakwanya hati beliau. Kita mungkin tidak bisa membayangkan jika kita yang diberi cobaan seperti beliau. Tentu saja, karena beliau merupakan utusan Allah dan manusia pilihan-Nya maka beliau bisa menghadapi masalah dengan begitu penuh keimanan dan ketakwaan.
Kita mungkin tidak sesabar dan memiliki tingkat keimanan yang jauh dibawah Nabi Ayyub. Namun, kita bisa mencontoh dan meneladani bagaimana beliau menghadapi takdir-takdir yang diberikan kepada beliau. Sehingga dengan mengikuti sifat-sifat yang dimiliki beliau dalam menghadapi ujian maka kita bisa mendapatkan pahala dan balasan yang nantinya membuat hati kita tentram, bahagia dan merasa aman.
Bahkan dalam kisah Nabi Ayyub diceritakan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengganti semua kehilangan yang beliau alami dan menggantinya dengan Sesutu yang lebih baik. Untuk itu berikut sifat-sifat yang perlu kita teladani dari Nabi Ayyub dalam menghadapi cobaan dan ujian dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
1. Kesabaran dalam Kepedihan
Nabi Ayub mengalami ujian yang amat pedih, beliau ditimpa kesakitan fisik dan kehilangan harta, serta keluarga. Namun, tidak sedetikpun kesabaran beliau tergoyahkan. Penting bagi kita untuk tetap sabar dan tawakal meski dihadapkan pada cobaan yang sulit. Sesungguhnya Allah mengetahui setiap penderitaan yang kita alami, dan kesabaran kita akan mendatangkan pahala yang besar.
2. Tawakal kepada Allah
Sifat selanjutnya adalah tawakal kepada Allah. Meskipun mengalami cobaan yang berat, Nabi Ayyub tetap berharap dan yakin terhadap pertolongan dan rahmat Allah. Keyakinan dan kepasrahan beliau terhadap takdir Allah merupakan hal yang wajib kita ikuti dan teladani. Ini mengajarkan kita bahwa dalam menghadapi cobaan, kita harus selalu mempercayai rencana Allah dan berserah diri kepada-Nya.
3. Yakin atas Kekuatan Doa
Tidak pernah sekalipun Nabi Ayyub ragu dan enggan untuk berdoa kepada Allah, meski dalam keadaan sulit. Doanya merupakan bukti keimanan dan kepercayaan pada kekuatan Allah. Sebagai manusia biasa, doa sangat ampuh untuk menjadi sarana peningkatan iman dan memberikan rasa tentram dalam hati manusia.
Hal ini, karena setelah berdoa kita cenderung pasrah dan ikhlas menerima apapun ketentuan dari Allah. Jangan pernah meremehkan kekuatan doa, dalam setiap kesulitan, perbanyaklah doa dan bersujud kepada Allah.
4. Bersyukur dalam Keterbatasan dan Keterpurukan
Kehilangan segalanya mungkin akan terasa sangat mencekik dan pedih bagi kita. Namun, Nabi Ayub berbeda, beliau tetap bersyukur kepada Allah. Ia mensyukuri nikmat-nikmat yang masih ada, seperti kesadaran dan iman, serta istrinya yang bertahan. Sikap penuh rasa syukur ini wajib dimiliki oleh manusia. Rasa syukur akan mengurangi perasaan sedih dan benci pada takdir yang tanpa sadar bisa menjerumuskan ke dalam rasa benci terhadap Allah.