KAMMI: Perjalanan Menumbuhkan Karakter dan Semangat Perubahan

Menjadi mahasiswa adalah fase penting dalam kehidupan seorang pemuda. Di masa inilah idealisme, semangat belajar, dan rasa ingin berkontribusi untuk masyarakat berada di titik puncaknya. Namun, di tengah derasnya arus informasi, tuntutan akademik, dan godaan gaya hidup instan, mahasiswa sering berada di persimpangan, apakah akan berjalan mengikuti arus atau memilih jalur yang lebih bermakna, yakni jalur perubahan.
Islam memandang mahasiswa bukan hanya sebagai penuntut ilmu, tetapi juga sebagai agen perubahan (agent of change) yang memikul amanah besar. Rasulullah Saw., bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Peran ini menuntut mahasiswa tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan kokoh secara moral. Namun, untuk menumbuhkan karakter yang demikian, diperlukan wadah yang tepat. Di sinilah KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) hadir sebagai ruang belajar, berlatih, dan mengabdi.
KAMMI lahir pada 29 Maret 1998 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), di tengah krisis nasional yang melanda Indonesia. Berawal dari keprihatinan terhadap krisis kepemimpinan dan moral bangsa, KAMMI hadir dengan visi melahirkan pemimpin tangguh, kokoh dalam akidah, kuat dalam akhlak, dan unggul dalam intelektual.
Perjalanan mahasiswa di KAMMI bukan sekadar menjadi anggota organisasi, melainkan memasuki proses pembinaan yang terstruktur, yakni mengasah pikiran (fikrah), menguatkan ruhiyah (spiritual), dan menggerakkan aksi nyata (harakah). Al-Qur’an mengingatkan, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11).
Perubahan itu dimulai dari pembentukan karakter Islami, yakni jujur, amanah, disiplin, dan empati, sebagaimana akhlak Rasulullah Saw. Kemudian dilanjutkan dengan pemahaman ajaran Islam secara komprehensif, meliputi akidah, syariah, dan akhlak. Tahap berikutnya adalah pengamalan nilai-nilai Islam dalam kehidupan nyata, baik di lingkungan kampus, masyarakat, maupun dunia profesional.
KAMMI menjadi sarana bagi mahasiswa untuk menghidupkan perintah Allah SWT, dalam Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 104, yang artinya, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
Perjalanan ini bukan tanpa tantangan. Mahasiswa yang bergabung di KAMMI harus belajar menjaga idealisme di tengah pragmatisme politik, berpikir kritis di tengah derasnya opini publik, dan tetap peka terhadap masalah umat di tengah kesibukan akademik. Sebagai bagian dari kelas menengah (middle class), mereka diharapkan menjadi pengawal moral bangsa, pemberdaya masyarakat, dan pembawa pesan Islam di ruang-ruang kebijakan.
Di KAMMI, proses kaderisasi tidak hanya berfokus pada wacana, tetapi juga aksi. Dari forum tarbiyah, diskusi intelektual, pelatihan kepemimpinan, hingga kegiatan sosial, semua diarahkan untuk membentuk pribadi yang seimbang antara ilmu, iman, dan amal. Inilah wujud nyata dari fastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan yang diperintahkan Allah Saw., dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 148.
Akhirnya, perjalanan antara mahasiswa dan KAMMI adalah perjalanan menumbuhkan karakter sekaligus menggerakkan perubahan. Bagi mereka yang menjalaninya dengan sungguh-sungguh, ini bukan sekadar pengalaman organisasi, melainkan madrasah kehidupan yang mempersiapkan diri menjadi pemimpin masa depan, pemimpin yang sukses di dunia dan selamat di akhirat. Sebagaimana doa Rasulullah Saw., “Ya Allah, berilah aku ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah).
Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, mahasiswa yang memilih berjalan bersama KAMMI sedang menapaki jalan panjang yang memadukan ilmu, iman, dan keberanian. Sebuah perjalanan yang layak disebut sebagai perjalanan untuk menumbuhkan karakter, menggerakkan perubahan, dan menjaga nyala Islam di hati generasi muda.[]
Husnul Khotimah