Pembina JATTI: Serangan Israel ke Qatar Harus Dijadikan Momentum Bentuk Poros Perlawanan

Jakarta (SI Online) – Ketua Pembina Jalinan Alumni Timur Tengah (JATTI) KH Muhyiddin Junaidi menyerukan dunia Islam untuk mengambil momentum penyerangan Israel ke Qatar beberapa waktu lalu untuk melakukan konsolidasi dan membentuk poros perlawanan.
Menurut Kiai Muhyiddin, serangan Zionis Israel ke Doha adalah bukti nyata double standard Amerika sejak berdirinya negara zionis sejak 1948. Gedung putih selalu berpihak kepada Israel tanpa rasa malu dan berdosa.
“Bagi dunia Islam peristiwa tersebut hendaknya dijadikan pemantik utama untuk membentuk poros perlawanan sejati dunia Islam untuk menghapus Israhell dari peta dunia untuk selamanya. Seharusnya dunia Islam sadar dan membuka mata, hati dan telinga bahwa AS memang hanya mengutamakan kepentingan bisnis dan keuntungan materi dari hubungan diplomatiknya dengan dunia Arab,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Ahad (14/9/2025).
Kiai Muhyiddin menilai, serangan Israel ke Qatar dengan dalih membunuh para pimpin Hamas yang ikut serta dalam perundingan damai di Doha minggu lalu meyakinkan kepada dunia international bahwa Zionis Israel adalah etnis paling biadab yang hanya mengenal hukum rimba. Talmud, kitab suci palsunya, memang membolehkan bangsa Yahudi membunuh, menteror, menjajah dan merampas hak non yahudi dimanapun juga.
“Pangkalan militer Amerika di Qatar adalah yang terbesar di kawasan dengan pengawasan ketat 10 000 tentara. Sangat aneh, semua peralatan modern yang harganya selangit dari rudal, radar canggih dan Awacs di beli Qatar sebagai syarat utama pendirian military base ternyata tak berguna,” ungkapnya.
“Itu bukan karena radar tercanggih tak berfungsi atau rusak, tapi sudah pasti sudah disetting sedemikian rupa bahwa semuanya itu dikendalikan dari pusat. Produk militer yang dijual ke Zionis Israhell dari AS, termasuk pesawat militer dan lainnya sudah pasti punya keunggulan komparatif dibanding dengan yang dijual ke negara lain. Berbeda dengan saat Iran menyerang Pangkalan militer AS di Al Udaid, Qatar, semua peralatan militer berfungsi,” tambah Kiai Muhyiddin.
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mengatakan bahwa secara kasat mata dipahami bahwa serangan Zionis ke Qatar kali ini bentuk pengkhianatan Presiden Donald Trump terhadap Qatar yang sudah sangat baik kepada Amerika. Bahkan Qatar memberikan hadiah khusus satu pesawat keperesidenan 747 dengan nilainya diatas 800 juta USD usai dilengkapi dengan peralatan canggih sesuai dengan standar Gedung Putih.
Menurutnya, untuk membebaskan dunia Islam dari hegemoni Amerika Israel, ada sejumlah langkah konkret yang harus dilakukan. “Pertama, membentuk poros militer dunia Islam, terutama negara dengan kekuatan militer yang kuat. Kedua, memutuskan hubungan diplomatik dengan AS sebagai shock therapy agar Gedung Putih tak lagi menjadi savior bagi Israhell. Ketiga, membangun aliansi militer dunia dengan Cina, Russia, India, dan korea utara,” jelasnya.
“Berikutnya yang keempat, membangun kekuatan militer canggih dengan pendanaan yang besar dan pelataran modern. Kelima, menutup selat Persia dan melakukan pengawasan ketat kepada kapak dan armada pro Israhell. Keenam, melakukan embargo terhadap Israhell secara. Dan yang ketujuh, membuka perbatasan darat dengan Syria, Mesir, Jordania dan Lebanon agar Mujahidin bisa masuk lewat darat,” tambah Kiai Muhyiddin.
Mantan Wakil Ketua MUI itu mengingatkan bahwa slogan solidaritas Arab harus dibuktikan di dunia nyata, khususnya untuk membebaskan Masjidil Aqsha dan Palestina.
“Adalah kewajiban dunia Arab dan negeri-negeri Muslim untuk membebaskan Al-Aqsha dari penjajahan Barat. Tiga kali kalah perang dengan Israhell di tahun 1948, 1967 dan 1973 harus dijadikan pelajaran penting,” tandas Kiai Muhyiddin.[]
red: adhila