RUANG MUSLIMAH

Filisida Maternal: Luka Tersembunyi Ibu, Korban Sakitnya Sistem

Negeri ini sungguh sedang tidak baik-baik saja. Kasus pembunuhan anak yang dilakukan oleh ibu kandung sendiri mengguncang publik. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti insiden memilukan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, ketika seorang ibu mengakhiri hidupnya setelah diduga meracuni dua anaknya.

KPAI mengkategorikan peristiwa itu sebagai filisida maternal—pembunuhan anak oleh ibu kandung (antaranews, 08/09/25). Hanya berselang beberapa pekan, Agustus 2025, kejadian serupa muncul di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Dua anak perempuan, berusia 6 dan 3 tahun, ditemukan tewas di Pantai Sigandu. Sang ibu, berinisial VM (31), kemudian ditemukan bersembunyi di toilet portabel di lokasi kejadian (detikjateng, 15/09/25).

Rangkaian peristiwa ini menambah daftar panjang tragedi keluarga yang tidak hanya menyayat hati, tetapi juga membuka mata hati, sesungguhnya ada yang salah dari sistem di negeri ini. Seorang ibu yang seharusnya menjadi pelindung dan tempat teraman bagi anak-anak, justru menjadi instrumen yang diam-diam menghancurkan kehidupan. Apa yang salah? Siapa yang sesungguhnya sakit?

Lebih dari Sekadar Hilangnya Naluri Keibuan

Secara naluriah, ibu adalah sosok yang paling besar memberikan kasih sayang kepada buah hatinya. Ia rela mengorbankan nyawanya sendiri demi melahirkan anak-anaknya. Selama 24 jam waktunya dihabiskan untuk bisa memberikan kehidupan kepada mereka. Jika filisida maternal sampai terjadi, sungguh ada yang telah merusak naluri keibuannya.

Menurut psikolog forensik, filisida maternal biasanya dipicu oleh gangguan kejiwaan yang berakar pada tekanan hidup berat—baik ekonomi, relasi rumah tangga, isolasi sosial, maupun kurangnya dukungan terhadap kesehatan mental.

Namun, menilik kasus-kasus yang terjadi, kita tidak bisa serta merta menuduh kesalahan pada individu saja. Fenomena ini adalah masalah yang multidimensi, struktural, serta sistemik, sehingga perlu dilakukan evaluasi secara mendalam oleh semua pihak (metrotvnews, 09/09/25).

Sistem Kehidupan yang Sakit

Jika fitrah ibu terkoyak, sesungguhnya ada yang salah dari sistem kehidupan yang menopangnya. Sistem sekuler kapitalisme yang menjadi asas negeri ini telah menjadikan seorang ibu terbebani oleh masalah kehidupan yang bertubi-tubi.

Sistem ini membuat ibu secara terpaksa terjerat dalam kesulitan ekonomi yang tidak ada habisnya, dimulai dari harga kebutuhan hidup yang tinggi, ikut sertanya mereka dalam mencari nafkah bersama suami, hingga hilangnya peran ibu untuk mengayomi dan mendidik anak tanpa beban. Pikiran dan mental ibu telah penuh oleh masalah, sehingga jiwanya tak lagi tenang dan tentram.

Saat sistem kehidupan tidak mampu menyediakan dukungan yang memadai, tekanan-tekanan itu akan menumpuk hingga akhirnya, bagi beberapa orang, beban itu menjadi tak tertahankan. Sistem sekuler telah menjauhkan Muslim dari agama, sehingga akidah yang dipegang telah rapuh. Tak sedikit yang berpikiran seolah-olah jalan keluar dari semua masalah adalah dengan menghabisi diri beserta anak-anak yang dicintai.

Tentu kita bisa menilai, rusaknya struktur keluarga, terutama ibu, sesungguhnya disebabkan oleh sistem yang sakit. Kapitalisme sekuler telah merusak fitrah ibu, menjauhkannya dari akidah Islam, serta memberinya beban kehidupan yang bertubi-tubi. Inilah akar persoalannya.

Melindungi Ibu, Menjaga Kehidupan Generasi

Sesungguhnya Islam menempatkan perempuan pada posisi yang mulia, terlebih bagi seorang ibu. Seorang ibu tidak dibebani kewajiban mencari nafkah. Nafkahnya dijamin oleh suami, ayah, atau wali. Dengan demikian, ia bisa fokus menjalankan peran keibuannya, yaitu mengandung, melahirkan, menyusui, dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang.

Islam bahkan memberikan keringanan khusus kepada ibu. Saat hamil dan menyusui, seorang ibu diperbolehkan tidak berpuasa untuk melindungi kesehatannya dan janin atau bayinya. Dalam hadits, Rasulullah ﷺ mengibaratkan surga berada di bawah telapak kaki ibu—sebuah simbol penghormatan luar biasa.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button