Abdurrahman bin Auf, Bukti Nyata Keberkahan di Dunia
“Hidup indah bila mencari berkah”
Lirik lagu Wali yang sempat hit beberapa tahun lalu terlintas di benakku. Di lagu itu disebutkan bahwa sebanyak apapun harta yang kita punya, itu tidak akan membuat bahagia jika tidak berkah.
Ya, berkah. Kata-kata yang sering kudengar dari orang-orang di sekitarku saat ini. Di berbagai kesempatan, aku temukan ucapan penuh makna itu, singkat namun berarti tak singkat. Barakallahu Fiik.
Dulu, kukira kalimat itu hanya pemanis percakapan, terucap sekadar sebagai formalitas. Dan waktu mulai menjelaskan banyak hal. Kalimat itu ternyata lebih dari sekadar basa-basi, bahkan ia adalah salah satu doa yang dicontohkan Baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Kata berkah berasal dari bahasa Arab barakah yang berarti nikmat (Kamus Al-Munawwir, 1997:78) atau namaa’ wa ziyadah yang artinya berkembang dan bertambah.
Sedangkan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), berkah artinya karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Berkah ternyata tak terbatas sebagai rezeki, karena dengan adanya keberkahan mucul kebahagiaan.
Kita terlalu disibukkan di dunia dengan berbagai target dan pencapaian, sehingga terkadang lupa bahwa sebenarnya kita hanya butuh sepercik saja dari guyuran rezeki yang mengalir deras.
Betapa banyak orang dengan harta seadanya, namun kebahagiannya melimpah. Dan betapa banyak orang yang hidup dalam gelimang harta bak penguasa dunia, namun sayangnya hatinya hampa.
Semua tak berarti apa-apa. Setiap yang melihat memang memuja. Namun, sejatinya tak ada yang membuatnya bahagia.
Alangkah mulianya jika harta yang dimiliki adalah harta yang berkah.
Adalah seorang sahabat Rasulullah yang begitu mengagumkan perjalanan hidupnya.