Ada Apa di Balik Slogan Indonesia Maju?
Menuju pemilu di tahun politik ini masyarakat ramai memberikan dukungan bagi para pasangan calon pemimpin yang akan dipilih. Berbagai macam acara banyak digelar untuk memperoleh dukungan bagi pasangan calon. Tak hanya itu, masing-masing calon juga memberikan berbagai atribut, pakaian dan slogan sebagai identitas pendukung paslon. Bukan tanpa arti, slogan-slogan yang diberikan tentu juga sebagai gambaran bagi visi pemimpinan dalam memimpin kedepannya.
Seperti yang satu ini, Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Erick Thohir dalam Konvensi Rakyat mengatakan bahwa ‘Indonesia Maju’ bukan hanya slogan. Indonesia maju adalah sebagai wujud optimisme. Sebuah transformasi dan harapan besar bangsa Indonesia. (Rmol.co, 25/02/2019)
Dalam pidatonya, Ma’ruf Amin mengatakan bahwa “untuk Indonesia maju, kita harus menang. Kita pantas memenangkan karena kita punya modal yang besar”. Modal yang dimaksud adalah hasil pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang telah meletakkan dasar pembangunan yang kuat. (Kompas.com, 24/02/2019)
Lalu bagaimana seharusnya sikap kita sebagai umat Islam dalam merespon hal demikian? Sebagai umat Islam, seharusnya memahami bahwa agama yang dianutnya adalah agama yang istimewa. Islam adalah agama istimewa yang merupakan agama serta sekaligus mabda’ atau ideologi. Hal inilah mengapa agama Islam adalah tidak hanya mengatur umatnya dalam hal peribadatan saja, melainkan juga mengatur dalam hal politik, dimana agama lain tidak mengaturnya. Islam sebagai agama dan mabda’ memang tidak diemban lagi oleh suatu negara, sehingga kesan Islam yang utuh dan komprehensif tidak kelihatan. Keadaan ini adalah akibat lemahnya orang-orang Islam dalam memperjuangkan ajaran-ajarannya melawan orang-orang kafir yang sengaja ingin menghancurkan Islam.
Dari adanya segala janji yang masih diingkari oleh penguasa dalam sistem demokrasi ini, maka menunjukkan sistem ini gagal untuk mensejahterakan masyarakat. BPJS yang masih bermasalah dan menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak tertentu, pembangunan infrastruktur yang tinggi namun pembangunan rakyat masih rendah, hutang luar negeri yang menumpuk seperti tak ada perhitungan dan masih banyak lagi, adalah suatu bentuk kedzoliman yang dirasakan rakyat. Dibandingkan dengan sistem Islam yang pernah berjaya dalam masa keemasaanya selama 1.300 tahun lamanya adalah bukti bahwa sistem Islam yang berdasarkan akidah Islam adalah sistem yang hanya mampu menerapkan keadilan bagi semua yang menggunakannya secara kaffah.
Dengan demikian, maka sudah seharusnya umat Islam untuk menolak berbagai macam ide-ide yang bertolak belakang dengan Islam. Pada hakikatnya, Islam adalah agama yang mengatur segala aktivitas umat dalam kehidupan. Sehingga, sekularisme, ideologi atau paham yang memisahkan agama dengan pemerintahan serta atheisme adalah ide-ide yang harus segera disingkirkan dari dasar pemikiran umat. Untuk itu, harus difahami bagi umat Islam bahwa Allah SWT bukan hanya diesakan ketika sedang melaksanakan ibadah saja, namun juga diesakan dalam interaksi sosial, ekonomi, politik, pemerintahan dan sebagainya.
Realitas menunjukkan bahwa Indonesia dalam kondisi multikrisis akibat berkhidmat pada sekulerisme dan demokrasi yang merupakan sistem warisan penjajah. Mulai saat ini seharusnya umat bangkit dan segera ambil tindakan untuk menggunakan pandangan hidupnya sebagai seorang muslim dengan dasar akidah. Akidah yang memandang segala sesuatu yang menyangkut perbuatan dan benda yang digunakan untuk melakukan perbuatan berdasarkan halal-haram, atau berdasarkan perintah dan larangan Allah SWT.
Cara yang digunakan untuk mewujudkan pandangan halal-haram tersebut adalah terikat dengan hukum Allah SWT. Indonesia hanya akan maju apabila hukum-hukum Allah sang pengatur ditegakkan. Islam ideologilah yang menjadi modal besar untuk kebangkitan kita, bukan dengan menggunakan sistem yang rusak yang hanya menjadi alat pemilik modal besar.
Dwi Suryati Ningsih, S.H