Adab Guru dan Murid Menurut Imam Nawawi
Imam Nawawi, penulis kitab Riyadhus Shalihin, menulis buku Adabul Alim wal Mutaalim (Adab Guru dan Murid). Pertama-tama, ia mengawalinya dengan pentingnya ikhlas dalam setiap aktivitas. Karena hanya sikap ikhlas kepada Allah, amal manusia diterima.
Ustaz Abu Qasim Abdul Karim menyatakan, ”Ikhlas adalah membersihkan akal dari perhatian makhluk.” Dzunnun rahimahullah menyatakan,”Tiga tanda keikhlasan: pujian dan celaan dari orang awam adalah sama, tidak memperhatikan amal dalam amal yang lain dan meminta pahala amal di akhirat.”
Hudzaifah al Mar’asyi berkata, ”Ikhlas adalah amal perbuatan hamba baik zahir dan batin adalah sama.” Yusuf bin Husain menyatakan,”Hal yang paling berat di dunia ini adalah ikhlas.”
Berikutnya Imam Nawawi membahas tentang pentingnya menuntut ilmu. Rasulullah Saw bersabda, ”Tidak dibolehkan hasad kecuali pada dua perkara: seorang yang diberi Allah harta, kemudian ia membelanjakannya dalam kebenaran dan seseorang yang diberi Allah hikmah (ilmu), kemudian ia mengambil keputusan dengannya dan mengajarkannya.” (HR Bukhari Muslim).
Dari Umamah al Bahily, Rasulullah berkata, “Keutamaan orang yang berilmu dibanding orang yang hanya beribadah adalah seumpama keutamaanku dibanding orang yang paling rendah derajatnya diantara kalian.”
“Sesungguhnya Allah, para malaikatnya, penduduk langit dan bumi hingga semut di dalam sarangnya dan ikan, mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR Tirmidzi).
“Seorang mukmin tidak akan puas dari kebaikan yang ia dengar sampai impian tertingginya adalah surga.” (HR Tirmidzi).
“Seorang yang paham agama lebih ditakuti setan daripada seribu orang ahli ibadah.” (HR Tirmidzi).
“Segala sesuatu itu memiliki pilar dan pilar agama ini adalah pemahaman dan tidak ada seorang hamba Allah itu lebih baik ketimbang pemahaman dalam agama.” (HR Tirmidzi).
“Dunia ini terlaknat dan terlaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali mengingat Allah atau semisalnya, orang alim dan orang yang menuntut ilmu.” (HR Tirmidzi).
Muadz bin Jabal ra berkata, “Pelajarilah ilmu, mempelajarinya karena Allah merupakan suatu bentuk rasa takut/khasyah, menuntutnya adalah ibadah, mengulang-ulangnya adalah tasbih, mencarinya adalah jihad, mengajarinya kepada orang yang tidak mengetahuinya dalah sedekah, dan menyebarluaskannya merupakan bentuk kedekatan kepada Allah.”
Imam Syafii mengatakan: “Menuntut ilmu itu lebih baik dari shalat sunnah.”