NUIM HIDAYAT

Adab Guru dan Murid Menurut Imam Nawawi

“Tidak ada yang lebih baik setelah ibadah-ibadah wajib selain menuntut ilmu.”

“Barangsiapa yang mempelajari Al-Qur’an maka nilainya menjadi agung. Barangsiapa mengkaji fiqih, maka harga dirinya menjadi mulia. Barangsiapa mempelajari bahasa, maka tabiatnya menjadi lembut. Barangsiapa yang mendalami ilmu berhitung, maka ide-idenya menjadi banyak. Barangsiapa yang menulis hadits, maka hujjahnya menjadi kuat. Barangsiapa yang tidak menjaga dirinya, maka ilmunya tidak akan memberi manfaat bagi dirinya.”

Dari Ibnu Umar dari Nabi S aw beliau bersabda, ”Sebaik-baik ibadah adalah pemahaman pada ilmu agama.”

Berikutnya Imam Nawawi menjelaskan tentang adab seorang guru. Pertama, mengharap ridha Allah. Kedua, berperilaku dengan akhlak-akhlak yang baik. Ketiga, menjaga diri dari sifat tercela. Keempat, Membiasakan bacaan tasbih, tahlil, zikir dan doa-doa lainnya, serta berbagai adab Islami. Kelima, Senantiasa merasakan pengawasan Allah. Keenam, tidak merendahkan ilmu. Ketujuh, mengerjakan suatu perbuatan yang dibolehkan.

Sedangkan adab murid diantaranya: seorang murid harus menyucikan hatinya, menyingkirkan segala hal yang bisa mengganggu konsentrasi belajar, senantiasa rendah hati terhadap ilmu yang dipelajari, senantiasa memperbaiki diri, selektif dalam memilih guru, menghormati dan memuliakan guru, mencari keridhaan dari guru, meminta izin jika ingin bertemu dengan guru, menghadiri majelis guru dengan penuh kesadaran, bertanya kepada guru dengan cara yang lembut dan bahasa yang baik, bersemangat dalam menuntut ilmu, bersabar dengan kekurangan dan perilaku buruk guru, bersikap santun, sabar dan memiliki cita-cita yang tinggi, dan lain-lain.

Imam Syafii menyatakan, ”Ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan bersabar terhadap kehinaan.”

Ia juga menyatakan, ”Aku dulu membuka halaman kertas dihadapan Imam Malik rahimahullah dengan lembut, sebagai bentuk penghormatan kepadanya agar ia tidak mendengar suaranya.” Sedangkan Rabi’ menyatakan, ”Demi Allah, aku tidak berani minum sedangkan Imam Syafi’i memperhatikanku, karena rasa hormatku kepadanya.”

Dalam Sahih Muslim dari Yahya bin Abi Katsir ia menuturkan,”Ilmu tidak akan diperoleh dengan jasad yang bersantai-santai.”

Ibrahim al Jury menyatakan, ”Barangsiapa menuntut ilmu dengan kefakiran, maka ia akan mewarisi pemahaman.”

Ibnu Abbas ra berkata, ”Aku bersusah payah sebagai pencari ilmu, lalu aku menjadi mulia sebagai orang yang dicari-cari.”

Rabi’ juga menyatakan, ”Aku tidak pernah melihat Imam Syafi’i makan pada siang hari dan tidur pada malam hari karena perhatiannya pada menulis. Ia tidak pernah memberi beban pada dirinya dengan apa yang tidak ia sanggupi karena khawatir dengan perasaan bosan. Hal ini berbeda-beda pada setiap orang.”

Imam Syafi’i menyatakan, ”Dalamilah ilmu sebelum kalian memegang tampuk kekuasaan.” Ini senada dengan perkataan Sayidina Umar ra, ”Sibukkan diri dengan ilmu sebelum kalian memegang jabatan.” []

Nuim Hidayat, Anggota MIUMI dan MUI Depok.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button