FILANTROPI

Adara Salurkan Bantuan untuk Pengungsi Palestina di Libanon

Jakarta (SI Online) – Adara Relief International, lembaga kemanusiaan yang menyalurkan bantuan untuk Palestina mengawali Program Ramadhan Lebih Berkah Bersama Palestina 1442 H ini dengan menyalurkan bantuan untuk anak-anak yatim dan keluarga Palestina di pengungsian Burj al Barajinah, Libanon.

Penyampaian bantuan dilakukan secara langsung oleh Ketua Adara Relief International, Sri Vira Chandra dan Ketua Divisi Penyaluran, Bidang Penyaluran dan Jaringan Strategis, Eva Muzlipah, pada pada Selasa (13/04/2021) lalu.

Sebelum mengunjungi lokasi pengungsian tersebut, Sri Vira Chandra dan Eva Muzlipah melakukan serangkaian kunjungan persaudaraan ke lembaga-lembaga kemanusiaan mitra Adara yang bermarkas di Istanbul dan Libanon. Kunjungan dimaksudkan untuk mempererat hubungan dan mengenal satu sama lain lebih dekat sehingga kerja sama di masa yang akan datang dapat dilakukan lebih baik lagi.

Tim Adara mengaku diterima dengan hangat oleh lebih dari 10 lembaga mitra penyaluran Adara yang berada di Istanbul, seperti Burak Association for Holy Places Definition & Culture, Nisaul Aksa, dan lainnya. Adara juga juga diterima dengan baik oleh tujuh lembaga mitra penyaluran di Libanon, seperti Takaful for Child Welfare, Jeel Sustainable Development, dan lainnya.

“Kami bersyukur, kunjungan-kunjungan ini menghasilkan saling pengertian yang kuat sehingga turut meneguhkan kerja sama di masa depan untuk membantu krisis kemanusiaan, khususnya bagi perempuan dan anak Palestina,”kata Sri Vira, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (20/04/2021).  

Kesempatan memberikan bantuan langsung ini, bagi Adara, merupakan momen spesial yang memberikan pengalaman spiritual begitu mendalam. Palestina boleh jadi merupakan sebuah negeri yang jauh dari Indonesia, namun sebenarnya ada ikatan-ikatan kuat yang mendekatkan keduanya.

“Bagi saya, menyalurkan langsung bantuan yang diamanahkan oleh Sahabat Adara merupakan pengalaman tersendiri yang dapat memperkuat dan mengasah jiwa kemanusiaan kita,” tutur Eva Muzlipah.

Sebagai informasi, pengungsian Burj al Barajinah, Libanon berdiri pada 1948, sejak peristiwa Nakbah yang menyebabkan terusirnya lebih dari 750 ribu warga Palestina. Di tengah kondisi dengan segala keterbatasan, sejumlah 16 ribu pengungsi yang berasal dari kota Al Jalil, Palestina Utara saat ini hidup memprihatinkan. Pemerintah setempat tidak memberikan bantuan kepada mereka. Akses kehidupan dan penghidupan pun dibatasi.

”Kami menyaksikan bangunan-bangunan berdiri padat menyebabkan minimnya akses udara. Nampak juga kabel aliran listrik dan air saling bertumpuk dan seringkali memakan korban hingga lima orang per tahun akibat sengatan listrik,” kata Sri Vira.  

Sejumlah 80 profesi tidak diperkenankan dilakukan oleh mereka yang berstatus pengungsi selama lebih dari 70 tahun. Pekerjaan yang memungkinkan bagi mereka untuk melanjutkan kehidupan hanyalah buruh kasar dengan upah yang sangat minim. Fasilitas kehidupan yang didapat pun amat terbatas.

red: shodiq ramadhan

Artikel Terkait

Back to top button