NUIM HIDAYAT

Ade Armando dan Bahaya Pluralisme Agama

Siapa tidak kenal Ade Armando. Namanya mencuat ke media massa setelah digebuki sejumlah pemuda di gedung DPR MPR Jakarta (2022). Ia dikenal sebagai aktivis liberal.

Ia adalah salah satu penggerak channel Cokro TV. Channel ini dikenal video-videonya yang menyerang umat Islam dan memojokkan tokoh-tokoh Islam.

Baca juga: Cokro TV, Geng Perusak Islam

Beberapa hari lalu, Ade kembali membuat kontroversi. Ia mengecam Habib Rizieq dan mendukung penuh langkah-langkah yang diambil oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Baginya, Dedi adalah sosok yang merakyat dan anti korupsi.

Pria kelahiran 24 September 1961 adalah seorang dosen, pegiat media sosial, politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), akademisi, dan terbaru, Komisaris PLN Nusantara Power. Saat ini ia mengajar di Universitas Pelita Harapan setelah lama berkarier sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI).

Menurut Wikipedia, Ade Armando lahir dari keluarga perantau Minangkabau pasangan Mayor Jus Gani dan Juniar Gani. Ia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya adalah seorang diplomat yang terpaksa harus turun setelah terkena dampak runtuhnya pemerintahan Soekarno.

Jus Gani pernah menjadi atase di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Maroko dan Filipina. Setelah dipecat dari militer, ia merantau membawa keluarganya ke Malaysia untuk berdagang. Di sana, Ade Armando sempat dipermalukan oleh seorang guru keturunan China di depan teman-temannya karena tidak lancar berbahasa Inggris. Hal itu memacunya untuk belajar hingga bisa berbahasa Inggris dengan lancar.

Ade meraih gelar master of science dalam population studies dari Universitas Negeri Florida pada 1991. Selanjutnya, ia meraih gelar doktor dari Universitas Indonesia pada 2006.

Ia pernah menjadi wartawan majalah Prisma (1988–1989) dan Redaktur Penerbit Buku LP3ES (1991–1993). Pada 1993, Ade menjadi redaktur Republika, surat kabar Islam, sesuai obsesinya. Karena tekanan politik Orde Baru, ia lantas keluar dari koran itu.

Selanjutnya, ia beralih menjadi peneliti dan Manajer Riset Media Tylor Nelson Sofres pada 1998-1999. Ia diajak bergabung oleh Marwah Daud Ibrahim menjadi Direktur Media Watch & Consumer Center pada 2000–2001 yang dianggapnya independen dan tidak memihak Habibie.

Ade Armando ikut dalam kelompok diskusi Jaringan Islam Liberal (JIL) yang dibangun melalui milis sejak 2001. Kegiatan diskusi JIL membahas seputar Islam, kenegaraan, dan kemasyarakatan. JIL mengklaim diskusi itu diikuti oleh 200 orang anggota.

Ade Armando senang membuat kontroversi. Ia pernah menulis di Facebook (20/5/2015), “Allah kan bukan Orang Arab. Tentu Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, China, Hiphop, Blues.” Ia pernah menyatakan bahwa perintah shalat lima waktu tidak ada dalam Al-Qur’an.

Ia juga menolak syariat Islam diterapkan di Indonesia. Menurutnya bahaya bila syariat diterapkan di tanah air. Ia mencontohkan tentang hukum potong tangan, hukum cambuk seratus kali untuk pezina dan lain-lain.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button