SIRAH NABAWIYAH

Adi bin Hatim Saksikan Sendiri Bukti Janji Nabi

Keagungan akhlak, kesederhanaan sikap dan kabar dari langit yang diungkapkan Rasulullah Saw inilah yang meluluhkan hati seorang pemimpin suku Thai, Adi bin Hatim, untuk memeluk agama Islam.

Nama lengkapnya adalah Adi bin Hatim bin Abdullah bin Saad bin Hasyraj At-Thai, dijuluki dengan Abu Wahab dan Abu Tarif. Sahabat yang masuk Islam pada tahun 9 H ini terkenal sebagai orator yang sangat pandai. Beliau adalah kepala suku Thai baik pada masa jahiliah maupun masa Islam. Dia mempunyai jasa besar dalam menumpas kaum murtad dan ikut serta dalam penaklukan Irak. Beliau berdomisili di Kota Kufah dan wafat di sana.

Adi mewarisi kepemimpinan ayahnya sebagai penguasa suku at-Tha’i. Kaum Tha’i mengeluarkan seperempat harta mereka sebagai pajak kepada ‘Adi, untuk imbalan bagi kepemimpinannya. Dengan harta yang dimiliki, putra Hatim ini sangat dermawanan. Karena itu ia menjadi orang yang sangat disegani di kalangan kaumnya.

Ketika Rasulullah mendakwahkan Islam, berangsur bangsa Arab mulai mendekat kepada beliau, suku demi suku. Tetapi, Adi justru melihat pengaruh Rasulullah merupakan ancaman yang akan melenyapkan kepemimpinannya. Karena itu, dia memusuhi Rasulullah meski dia sendiri belum mengenal pribadi Nabi yang mulia itu. Adi kemudian meninggalkan kampungnya dan pergi menuju Syam.

Adi menuturkan kisahnya sendiri. ”Aku kemudian lebih membenci keberadaanku di sana ketimbang kebencianku kepada Rasulullah Saw. Aku lalu putuskan lebih baik aku pergi menemuinya. Kalau ia seorang raja atau pendusta, niscaya aku dapat mengetahuinya dan jika ia seorang yang benar (Nabi), aku harus mengikutinya. Kemudian aku berangkat hingga aku berada di hadapan Rasulullah Saw di Madinah. Aku menemui beliau ketika beliau berada di masjidnya lalu aku ucapkan salam kepadanya. Beliau bertanya: “Siapa anda?” Aku jawab: “Adi bin Hatim!”

Rasulullah Saw kemudian berdiri dan membawaku kerumahnya. Demi Allah ketika beliau membawaku kerumah tiba-tiba ada seorang perempuan tua dan lemah yang mencegatnya kemudian beliau pun berhenti lama sekali kepada wanita yang mengajukan keperluannya kepada beliau itu. Menyaksikan hal ini aku berkata di dalam hati, “Demi Allah, ini bukan gaya seorang raja.”

Setelah itu, Rasulullah Saw berjalan lagi membawaku. Ketika membawaku masuk ke dalam rumahnya, beliau mengambil sebuah bantal dari kulit yang sangat sederhana kemudian melemparkannya kepadaku seraya berkata: Duduklah di atasnya! Aku jawab: Anda sajalah! Kemudian aku pun duduk diatas bantal itu sedangkan beliau sendiri duduk diatas tanah.

Di dalam hati aku berkata, “Demi Allah, ini bukan perilaku seorang raja.” Kemudian beliau berkata, “Wahai Adi bin Hatim apakah engkau mengetahui Illah selain Allah?.” Aku jawab: “Tidak.”

Beliau bertanya lagi, “Bukankah engkau seorang yang beragama?”, Aku jawab, “Ya benar demikian.”

Beliau bertanya lagi, “Bukankah engkau memungut seperempat dari barang rampasan yang diperoleh kaummu?” Aku jawab, “Ya benar demikian.”

Beliau kemudian berkomentar, “Sesungguhnya hal itu tidak dihalalkan oleh Agamamu.” Aku jawab, “Demi Allah, memang dilarang.”

Selanjutnya beliau berkata, ”Wahai Adi bin Hatim, barangkali engkau enggan memeluk agama ini (Islam) karena melihat kemiskinan di kalangan pemeluknya. Demi Allah sebentar lagi harta kekayaan akan berlimpah ruah kepada mereka (kaum Muslim) sehingga tidak ada lagi orang yang mau mengambilnya. Barangkali engkau masih enggan memeluk agama ini (Islam) karena banyaknya musuh mereka dan sedikitnya jumlah mereka. Demi Allah, sebentar lagi engkau akan mendengar seorang wanita yang pergi dari Qadisiah menunggang ontanya ke rumah ini tanpa rasa takut. Barangkali engkau masih enggan memeluk agama ini karena kerajaan dan kekuasaan masih berada di tangan orang-orang selain mereka. Demi Allah, sebentar lagi engkau akan mendengar tentang istana-istana putih dari Babilonia jatuh ke tangan mereka (kaum Muslimin).”

Adi berkata, “Kemudian aku pun masuk Islam.”

Lalu bagaimana dengan kabar langit yang disampaikan Rasulullah kepada Adi?. Adi berkata, “Kemudian aku telah menyaksikan dua hal yang disebutkan Rasulullah Saw di atas: Wanita (yang pergi dari Qadisiah ke Madinah sendirian tanpa takut, sebagaimana yang dikatakan Nabi Saw) dan aku sendiri ikut dalam pasukan pertama penyerbuan harta kekayaan Kisra. Aku bersumpah kepada Allah, hal ketiga yang dijanjikan Nabi Saw pasti akan terbukti. Wallahu a’lam bishshawaab.

[shodiq ramadhan]

Artikel Terkait

Back to top button