Adilnya Kepemimpinan Islam
Hadis ini menegaskan bahwa seorang pemimpin yang berlaku zalim akan menghadapi azab yang paling berat di akhirat. Kezaliman bukan hanya berdampak pada dunia, tetapi juga menjadi sebab kebinasaan di akhirat. Oleh karena itu, Islam tidak hanya mengecam kezaliman pemimpin, tetapi juga melarang segala bentuk dukungan terhadap mereka.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tidak mempunyai pelindung selain dari Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (QS. Hud: 113)
Ayat ini menunjukkan bahwa mendukung kezaliman, meskipun hanya dalam bentuk kecenderungan hati, bisa menjadi sebab seseorang terkena siksa neraka. Mendukung pemimpin yang zalim bukan hanya dengan membantu mereka secara langsung, tetapi juga dengan membenarkan kebijakan mereka, diam terhadap kezaliman mereka, atau bahkan memilih mereka dalam pemilihan umum tanpa mempertimbangkan keadilan mereka.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ أَعَانَ ظَالِمًا لِيُدْحِضَ بِبَاطِلِهِ حَقًّا، فَقَدْ بَرِئَ مِنْ ذِمَّةِ اللَّهِ وَذِمَّةِ رَسُولِهِ
“Barang siapa membantu seorang yang zalim untuk menegakkan kebatilan dan menindas kebenaran, maka dia telah berlepas diri dari perlindungan Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Ahmad, no. 20710)
Hadis ini memberikan peringatan keras kepada siapa saja yang berperan dalam mempertahankan atau memperkuat kedudukan seorang pemimpin yang zalim. Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab tidak hanya ada pada pemimpin, tetapi juga kepada mereka yang memberikan legitimasi terhadap kezaliman tersebut.
Di dalam sejarah Islam, kita melihat banyak contoh pemimpin yang zalim dan akibat buruk yang mereka timbulkan. Salah satu contoh yang paling dikenal adalah Hajjaj bin Yusuf, seorang gubernur pada masa Dinasti Umayyah yang terkenal karena kekejamannya. Ia membunuh banyak ulama dan orang-orang yang menentangnya. Namun, pada akhirnya, kezaliman Hajjaj tidak berlangsung selamanya. Ia meninggal dalam keadaan hina, dan namanya dikenang sebagai contoh buruk dalam sejarah Islam.
Kezaliman pemimpin tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, tetapi juga pada rakyat yang dipimpinnya. Jika rakyat mendukung pemimpin yang zalim, maka mereka juga akan merasakan akibat dari kezaliman tersebut. Sebagaimana firman Allah:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan peliharalah dirimu dari fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim di antara kamu saja. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS. Al-Anfal: 25)
Ayat ini menunjukkan bahwa ketika kezaliman dibiarkan, maka seluruh masyarakat bisa terkena dampaknya. Oleh karena itu, setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menolak kezaliman dan menegakkan keadilan.