IBRAH

Agama untuk Orang-Orang Jahiliyah?

Anehnya, walau masyarakat kafir Makkah tahu kebenaran tauhid yang diajarkan oleh Muhammad dan pengikutnya, tapi rasa cinta mereka pada berhala Latta dan Uzza lebih tinggi daripada menuruti keinginan untuk mengikuti ajaran Islam yang didakwahkan oleh nabi. Ajaran yang mengajarkan untuk meninggalkan kesyirikan dan hanya mentauhidkan Allah saja.

Singkat cerita, akhirnya lembar suci Al-Quran sampai ke tangan Umar dan dibacanya. Surah Thaha ayat pertama dan ayat-ayat setelahnya menggetarkan hati dan membuka pikiran sang Singa Padang Pasir. Hidayah itu sekonyong-konyong turun menyadarkan Umar akan kebenaran ayat yang disampaikan dalam Al-Qur’an.

Umar kemudian mendatangi kediaman Rasul dan menyampaikan maksudnya untuk memeluk Islam. Sejak saat itu, Umar bin Khattab telah berubah. Ia selalu berada di sisi Rasul, menjadi tangan kanan Rasul dalam berjuang mendakwahkan Islam, menjadi yang terdepan membela Islam, dan pelindung bagi Rasulullah juga pelindung para sahabat lainnya.

Sungguh orang yang paling ingin dibunuh oleh Umar bin Khattab telah berubah menjadi orang yang paling ia lindungi dan paling ia cintai melebihi cinta pada dirinya sendiri. Bahkan makam Umar sang mantan kafir jahiliyah itu berada tepat bersanding dengan makam baginda Nabi Muhammad Saw.

Sahabat surgaku, adakah kita hari ini merasa begitu hina dan penuh dosa? Kita merasa kotor dan tidak suci, jauh dari kesucian orang-orang alim. Maka sahabatku, percayalah diri kita layak mendapat posisi mulia di hadapan Rasulullah Saw. Seperti yang dialami Umar bin Khattab.

Adakah dosa dan kesalahan kita melebihi Umar bin Khattab yang bodoh karena membuat Tuhan dari makanan? Umar yang dulunya kejam dan sadis karena membunuh dan mengubur putrinya hidup-hidup? Umar yang menghalang-halangi dan sangat berniat membunuh Rasulullah Saw?

Bila kita tidak seperti itu, berarti surga layak bagi kita, reward pahala dalam amal baik juga berhak kita dapatkan. Pun bila kita lebih bejat dari sosok Umar bin Khattab, pintu surga masih terbuka lebar untuk kita perjuangkan, untuk kita raih dengan penuh semangat taubat dan amal shalih.

Adapun bila kita terlahir dari keluarga baik-baik nan shalih lagi taat agama, jangan buru-buru mencukupkan diri, merasa sudah baik, atau lebih baik dari orang lain. Karena tak ada yang sempurna dan terlepas dari dosa. Alangkah baiknya bila sebagian orang yang beruntung ini senantiasa menggandeng mereka yang belum beruntung dalam agama.

Semoga kebaikan dan kesalehan bukan barang mahal yang sulit untuk kita raih. Wallahu’alam.[]

Fatmah Ramadhani Ginting, S.K.M., Aktivis dakwah tinggal di Depok.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button