Agenda Moderasi di Balik Toleransi Baha’i
Kelompok Baha’i juga berjabat tangan dengan Inggris, si negara imperialis. Sementara Inggris menggunakan Baha’i untuk memecah belah kaum muslim. Sama seperti sebelumnya, tatkala Inggris berperan di balik keberadaan Ahmadiyah.
Inilah bukti bahwa politik global berpengaruh pada kebijakan dalam negeri. Saat ini Amerika Serikat masih mempengaruhi arah pandang bangsa pada moderasi agama. Programnya berupa ajakan untuk toleran terhadap banyak kelompok meskipun ia merupakan kelompok sesat. Dalam moderasi ada ruang untuk kelompok atau aliran sesat.
Toleransi juga terdapat pada ajaran Islam, tetapi dalam bimbingan syariat, yakni membiarkan non muslim beribadah sesuai agama mereka. Namun mengucapkan selamat hari raya, jika disertai meyakini agama mereka, iqrar dihukumi murtad. Jika tidak disertai iqrar maka dihukumi sebagai dosa besar.
Dalam Islam jika seorang muslim masuk ke Baha’i, maka dihukumi sebagai murtadin. Sedangkan orang yang terlahir menganut Baha’i maka dia digolongan sebagai musyrikin (Syekh Taqiyyudin an Nabhani, dalam Muqaddimah Dustur juz 1 halaman 33).
Sedangkan orang yang mengaku sebagai nabi dihukumi sebagai pendusta, demikian ditetapkan ijma sahabat (Fatwa bin Baz). Berbagai fatwa menyatakan akan menghadang sekte ini untuk segera diruntuhkan.
Hal ini perlu kita kritisi bahwa kesesatan ajaran Baha’i tidak bisa kita tolerir. Tuntunan Islam telah mereka rusak. Karenanya negara bertanggung jawab untuk tidak berlepas diri dari perkara ini. Sebab menjaga keimanan warganya adalah tugas negara.
Propaganda moderasi bukanlah kebaikan, ia justru mengebiri Islam. Buruk muka cermin dibelah. Ketidakmampuan kapitalisme mengakomodir seluruh permasalahan umat, menjadikan Islam seterunya sebagai kambing hitam. Tertuduh atas berbagai krisis yang muncul. Baik itu krisis ekonomi, politik, akhlak, kepemimpinan dan lain sebagainya.
Narasi usang seperti terorisme, radikalisme, fanatisme, garis keras sejatinya tidak layak disematkan pada Islam. Sebab mereka adalah ide yang lahir dari pemikiran rusak di luar Islam, yang menggelandang pemikiran umat menjauh dari kebenaran hakiki yang datangnya dari Allah.
Maka kini saatnya merapatkan barisan, mengembalikan umat pada jati dirinya sebagai umat terbaik, yang kokoh berdiri di bawah landasan Islam. Tidak terpengaruh pada ide kufur atau kebijakan yang tak bijak. Demi menjaga agama Allah dan mengenyahkan seluruh rekayasa musuh-musuh Islam. Wallahu ‘alam.
Lulu Nugroho, Muslimah Revowriter.