Agus Salim, Diplomat Terbaik Indonesia
Kedua, Salim memperkenalkan agar Sirah (riwayat hidup) Muhammad saw, melalui cara itu tergambar betapa beratnya ketika Nabi Muhammad menerima wahyu dan betapa beratnya pula berhadapan dengan tantangan kaum Musyrik Makkah tatkala beliau menyampaikan pesan Ilahi. Nabi mendapat intimidasi dari kaumnya yang tidak mau meninggalkan berhala.
Bahkan mereka menuduh beliau dengan berbagai tuduhan, seperti menderita penyakit gila, ayan, sihir dan sebagainya. Demikian juga kaum Yahudi dan Nasrani yang sebelumnya sudah mendapat prophecy tentang kedatangan Nabi Muhammad. Tetapi begitu Nabi Muhammad tiba, mereka menolaknya dan atau ada orang Yahudi dan Nashrani yang pura-pura beriman, tetapi ketika kiblat dipalingkan ke Masjidil Haram, mereka meninggalkan Islam.
Ketiga, Salim memperkenalkan bahwa ajaran dari Allah SWT tetap ajaran Tauhid (monotheisme) bukan polytheisme. Karena agama yang lama tidak berjalan semestinya, maka Allah mengutus Nabi Muhammad untuk kembali mengajarkan Tauhid.
Selain itu Salim juga mengkaji Islam dalam konteks sejarah. Ia ingin memperkenalkan Al-Qur’an secara kronologis. Tetapi idenya itu tidak sepenuhnya menjadi kenyataan, karena disamping membutuhkan waktu yang cukup lama (menurutnya 35 tahun) juga tidak semua ayat Al-Qur’an mempunyai Asbabun Nuzul (sebab turunnya ayat).
Salim yang fasih berbahasa Arab dan Inggris ini, adalah orang yang paling memahami Islam di Sarekat Islam. Deliar Noer mengutip Dr M Amin seorang ahli jiwa mengatakan bahwa Salim adalah seorang yang jenius.
Tokoh besar ini juga mempunyai kepribadian yang menarik. Tawaran-tawaran kerja dari pihak Belanda yang memungkinkan ia hidup dalam serba kecukupan, ditolaknya. Ia lebih memilih hidup sederhana dan kadang-kadang memikul beban berat karena banyaknya orang, terutama pemuda-pemuda yang melindungkan diri kepadanya sebagai anak didiknya. Hamka menyebut Salim memilih kehidupan seorang sufi.
Kepercayaan dirinya sangat tinggi. Sehingga ia tidak mengirimkan anak-anaknya ke sekolah, tapi mengasuhnya sendiri di rumah. Sehingga anak-anaknya secara resmi tidak ada yang bersekolah tinggi.
Ia seorang pembicara yang lihai, yang bisa memainkan perasaan dan tingkah laku pendengarnya. Hadirin akan bergantung pada bibirnya, bila ia berpidato.
Salim juga seorang pendidik yang handal. Mohammad Natsir, Mohamad Roem, Kasman Singodimedjo –tokoh-tokoh Masyumi ini adalah anak didiknya. Roem dalam bukunya “Bunga Ramai Dari Sejarah” menceritakan dengan piawai bagaimana ia dengan Kasman sering mendatangi rumah Agus Salim untuk belajar kepadanya.
Berikut cerita Roem: “Pada suatu hari di tahun 1925 Kasman dan Soeparno mengajak penulis ikut pergi ke rumah Haji A Salim di Gang Tanah Tinggi. Kasman dan Soeprno pelajar Stovia kelas II, bagian persiapan, sedang penulis pelajar kelas satu. Pada permulaan tahun itu Samsuridjal mendirikan Jong Islamieten Bond, dan Haji A Salim menjadi penasihatnya. Kasman dan Soeparno, anggauta Pengurus Cabang Jakarta, ingin tahu bila Haji A Salim mulai memberi kursus agama Islam.
Ajakan itu penulis sambut dengan gembira. Penulis sudah sering mendengar nama Haji A Salim dan dari apa yang penulis dengar ia adalah seorang pemimpin rakyat, seorang pemimpin Sarekat Islam terkenal pandai tentang agama Islam dan mahir dalam berbagai-bagai bahasa.