INTERNASIONAL

Ahli Vaksin dari Oxford: Virus Corona Sudah Bermutasi

Jakarta (SI Online) – Ahli vaksinasi dari Universitas Oxford Inggris, Sarah Gilbert, mengingatkan virus corona baru yang menyebabkan pandemi Covid-19 sudah bermutasi.

Kendati begitu, dia mengatakan proses mutasi itu tidak akan menghalangi kemampuan para ahli untuk mengembangkan vaksin yang efektif guna melawan dan menghentikan penyebaran virus dan penyakit.

Gilbert juga menyebut kemungkinan akan ada lebih banyak gelombang infeksi pembunuh dan dunia akan bergulat dengan pandemi selama beberapa waktu mendatang. Untuk itu, pemerintah dan lembaga kesehatan dunia perlu bersiap diri.

Gilbert mengungkapkan hal itu saat tampil di acara BBC Andrew Marr Show pada Ahad (19/4) waktu setempat. Dia ditanya oleh pembawa acara tentang pandangannya terhadap jenis virus corona baru yang menginfeksi lebih dari dua juta orang itu.

Gilbert menjawab bahwa virus corona baru itu telah bermutasi tetapi tidak pada tingkat yang signifikan.

“Ada beberapa mutasi yang terjadi. Tapi tidak pada tingkat yang akan memengaruhi kemampuan kita untuk melakukan vaksinasi,” katanya seperti dikutip Express, Senin (20/4).

Gilbert mengatakan, ia dan timnya telah melakukan pengembangan vaksin vital, termasuk isolasi serum dari darah pasien yang telah diimunisasi dari penyakit.

“Dalam uji coba MERS-coronavirus, kami mengambil serum dari darah mereka yang telah diimunisasi dan kami mengujinya terhadap banyak coronavirus yang berbeda. Antibodi serum bekerja melawan virus,” imbuhnya.

Dia menyatakan, virus corona seperti MERS atau SARS memang mengalami perubahan ketika berada dalam tubuh manusia, tetapi perubahannya tidak terlalu banyak dan signifikan.

Selain tentang mutasi virus, Gilbert juga ditanya pandangannya tentang peringatan dari World Health Organization (WHO) yang menyebutkan kemungkinan ada lima atau enam gelombang Covid-19 mematikan yang bisa terjadi di tahun mendatang.

Menanggapi hal ini, dia tidak menyangkalkan. Menurutnya, hal tersebut yang akan terjadi ketika orang terinfeksi dan kehilangan kekebalan tubuh sehingga menjadi rentan dan dapat terinfeksi kembali.

“Saya pikir ini akan berlangsung cukup lama. Kita perlu menentukan vaksin mana yang akan bekerja untuk menghentikannya dan benar-benar mengendalikannya,” tandasnya.

sumber: bisnis.com

Artikel Terkait

Back to top button