Amerika Keluar dari Perjanjian Nuklir Iran
Washington (SI Online) — Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan membatalkan kesepakatan masalah nuklir dengan Iran yang sudah dilakukan pada 2015. Dalam pengumuman di Gedung Putih, Selasa (8/5) waktu setempat, Trump juga mengatakan akan kembali menjatuhkan sanksi embargo ekonomi terhadap Iran untuk mencegah negara itu membuat bom nuklir.
Mengutip Reuters, CNN (8/5) melansir ucapan Presiden Amerika : “Saya mengumumkan hari ini bahwa Amerika Serikat akan menarik diri dari kesepakatan soal nuklir Iran. Dalam beberapa waktu lagi, saya akan menandatangani memorandum kepresidenan untuk memulai sanksi terhadap rezim Iran,” demikian pernyataan dari Trump tersebut dikutip dari Reuters. “Kami akan mulai menetapkan sanksi ekonomi di level tertinggi [terhadap Iran],” sambung Trump.
Tak pelak, pengumuman Trump itu rentan menaikkan kembali ketegangan di Timur Tengah, utamanya antara Iran dan Israel. Keputusan Trump tersebut juga diyakini bakal membuat kebingungan sekutu Amerika Serikat di Eropa dan mengacaukan suplai dari minyak mentah dunia.
Sebelumnya, Amerika Serikat sudah membuat kesepakatan terkait negosiasi untuk mengatasi permasalahan nuklir pada 2015 lalu. Amerika Serikat beserta lima negara kuat lainnya saat itu mengendurkan sanksi atas Iran. Sebagai imbal baliknya, Iran diminta menekan program nuklir mereka.
Belakangan, Trump mencabut kesepakatan yang dibuat pada masa pemerintahan Barack Obama tersebut. Ia berkilah bahwa kesepakatan yang dilakukan pada era Obama itu tidak menyinggung soal program misil, aktivitas nuklir melampaui 2025, maupun terkait konflik Yaman dan Suriah.
Iran sendiri sebelumnya menolak negosiasi ulang dan mengancam membalas perlakuan Amerika Serikat tersebut, meski detailnya belum diketahui jika Trump membatalkan kesepakatan itu.
Sanksi terbaru yang akan ditetapkan Amerika Serikat beserta sekutunya tentu akan membuat Iran lebih sulit lagi menjual minyak mentah mereka ke luar negeri, termasuk kesulitan dalam mengakses perbankan internasional.
sumber : BBC