Amerika Serikat Alami Krisis Energi
Jakarta (SI Online) – Krisis energi global mulai menjalar ke Amerika Serikat (AS). Negeri adidaya itu terkena imbas defisit gas alam yang mengerek harga bahan bakar yang krusial untuk pemanas musim dingin itu.
“Karena kami telah bergerak melampaui apa yang kami harapkan sebagai bagian terdalam dari kemerosotan ekonomi terkait pandemi dan saat ini pertumbuhan permintaan energi umumnya melampaui pertumbuhan pasokan,” kata pejabat Administrasi Energi Amerika (EIA) Steve Nalley, seperti dilansir Reuters, Jumat (15/10).
“Dinamika ini menaikkan harga energi di seluruh dunia. Banyak perusahaan disebut akan menaikkan harga gas hingga 30% menjadi US$ 746 (Rp 10,6 juta) untuk periode Oktober-Maret dibanding bulan yang sama di tahun 2020 lalu, yang masih berada dalam kisaran US$ 573 (Rp 8,15 juta),” katanya
Hal itu juga membuat banyak pengusaha utilitas di negara itu mulai mencari cara untuk menutupi defisit ini. Perusahaan gas alam terbesar AS, EQT Corp, mengatakan bahwa negeri Paman Sam harus mengeksplorasi potensi gas serpih atau shale gas yang ada di negara itu.
Shale gas sendiri merupakan gas alam yang terperangkap di formasi batu serpih. Industri meminta lebih banyak infrastruktur untuk ini.
“Solusinya sangat sederhana: lepaskan shale gas Amerika,” kata CEO EQT Corp, Toby Rice, kepada Bloomberg.
“Yang kami butuhkan adalah akses ke lebih banyak infrastruktur pipa dan lebih banyak fasilitas LNG.”
Selain memaksa pemerintah untuk mengeksplorasi gas serpih, beberapa penyedia layanan utilitas telah beralih ke batu bara. Diperkirakan Negeri Paman Sam akan mengalami kenaikan konsumsi bahan bakar dengan polutan tinggi itu hingga 23%.
Ini cukup bertentangan dengan komitmen negara itu terhadap batu bara. Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden menekankan janjinya dalam investasi sebesar US$ 2 miliar (Rp 28 triliun) untuk mendukung negara-negara berkembang agar beralih dari pembangkit listrik tenaga batu bara.
“Kami akan fokus pada percepatan kemajuan pada elektrifikasi dan baterai, hidrogen, penangkapan karbon, penggunaan dan penyimpanan, penerbangan dan pengiriman nol emisi, dan bagi negara-negara yang memilih untuk menggunakannya, tenaga nuklir,” ucap Biden dan pemimpin negara G7 lainnya dalam KTT Juni lalu.
Red: Agusdin/cnbc