Anies Banjir Bandang Dukungan
Tetapi, sekali lagi dengan suara aspirasi akar rumput di daerah, di cabang atau di suatu perwakilan.
Pasti akan bergetok luar: suara perlawanan Bupati Meranti, juga deklarasi dukungan 40 anggota DPD RI menjadi sinyal adanya arus perlawanan itu yang secara reflektif kemudian menjelma menjadi semakin derasnya dukungan kepada Anies.
Terlebih, perhitungan ditambah dengan dukungan dari oposisi partai di parlemen dan atau boleh jadi dari partai non parlemen yang sudah diverikasi oleh KPU, adalah suatu yang lebih paling niscaya buat keberlangsungan eksistensinya bilamana dukungan bisa berlabuh ke Anies pula.
Apalagi, terkait oposisi yang tertindas, dari faksi kekuatan umat Islam yang selama ini dipersekusi, dikriminalisasi dan distigmatisasi Islamophobia seolah Islam intoleran, radikalis dan teroris, tengah berjuang secara “silent” dan “latent” membukukan dukungannya kepada Anies, melalui ustad-ustad dan guru-guru mengaji di surau dan di masjid hingga para ulama, kiai, dan habaib untuk “ghirah” dan “istighotsah kubro” di seluruh pelosok nusantara itu dengan “mendakwahkan” dan “mendoakan” Anies terkabulkan menjadi Presiden 2024.
Juga dari ormas-ormas Islam sudah berada di satu barisan merapatkan dukungannya kepada Anies.
Juga dukungan dari seluruh ormas-ormas oposisi yang bergerak di pelbagai bidang lapangan politik, lingkungan, kemanusiaan dsb. Khususnya, KAHMI dan KAMI menjadikan lokomotif perjuangan melalui dinamika diskursus dan dialektika akademi dan ilmiah bersama Bapak Akal Sehat Rocky Gerung cs mendukung Anies.
Dan secara geniun —dikarenakan Anies pernah menjabat menteri Pendidikan, pernah juga sebagai Rektor dan menggaungkan Indonesia Mengajar melalui institut-nya sudah pasti dukungan akan tercurah dan mengalir dari lembaga-lembaga pendidikan non pemerintah, serta organisasi-organisasi pendidikan yang akar rumputnya pemerintah dari pesantren serta pendidikan formal negara sejak sekolah dini hingga tinggi, melalui guru dan para dosen untuk menyuarakan “anjuran” dukungan kepada Anies yang ke depan akan menjadi prioritas pastinya membangun SDM cerdas tangguh dan smart
menghadapi era milenialisasi global.
Yang juga tidak boleh dipandang sepele dukungannya dari para veteran, purnawirawan dan purna bakti serta pensiunan yang dalam rekam jejaknya di Jakarta, Anies memberdayakannya melalui pemberian penghargaan dengan pelbagai kemudahan dan manfaat, di antaranya bebas membayar PBB.
Juga yang selama Republik ini berdiri bagi kelompok masyarakat miskin yang selalu dikorbankan menjadi propagandakan oleh para elitisme politik di “front of campainge”, yaitu masyarakat tani, buruh dan nelayan serta masyarakat miskin kota terpinggirkan yang rekam jejaknya “tersejetahterakan” di Jakarta. Anies harus dapat membuktikannya kelak di seluruh pelosok Ibu Pertiwi merefungsionalisasikan dan merevitalisasikan sehingga akan mampu meningkatkan taraf kesejahteraannya.
Akhirnya, itu seluruhnya tidak saja bagi Anies merupakan banjir bandang dukungan, bahkan boleh jadi akan menjadi tsunami besar dukungan yang pasti akan melampaui di atas perolehan suara yang bakal tak tertandingi dan jauh dari angka standar keterpilihan kemenangan 50% plus 1 untuk men duduki kursi Presiden.
Tetapi, kunci solusinya satu-satunya kembali pada Jokowi untuk memutuskan dua pilihan: mengakhiri kepemimpinannya dengan hormat dan tidak dengan hormat.