Anies dan Politik Gulali
Intelektual tapi bersahaja, jauh dari sifat dan sikap feodalisme, meski Anies lulusan Amerika, Anies lahir di Kuningan, Jawa Barat , ketika remaja dan dewasa lebih terpengaruh Yogyakarta hingga menjadi sangat populis.
Ternyata, Anies juga seorang gobalis, sangat mumpuni kemampuannya berkomunikasi dalam konteks pergaulan politik dan ekonomi internasional.
Makanya, ketika dimulainya ramainya diskursus publik perihal kelanjutan kepemimpinan Presiden RI pengganti Jokowi menyongsong Pilpres di Februari 2024, Anies selalu menjadi sorotan publik paling moncer, dari waktu ke waktu semakin paling terdepan.
Meski, Anies belum mendeklarasi mencalonkan diri sebagai Presiden di Pilpres 2024 sampai Anies beberapa bulan lagi tuntas menjalani masa jabatan Gubernur DKI, dukungan sokongan dan partisipasi publik yang benar-benar tanpa pencitraan dan rekayasa, “real, honest dan wise” terus gencar digaungkan oleh para pengusungnya tersebut.
Dan kembali ke politik gulali tadi, Anies pun kini gencar mulai diincar oleh partai-partai politik baik yang kini menjadi pendukung maupun partai-partai oposisi yang berseberangan dengan Jokowi.
Tetapi, ketika partai-partai itu mulai terpolarisasi dengan siapa tokoh yang siap dicalonkannya masing-masing, Anies selalu hadir menjadi faktor nilai tambah dan magnet daya tarik bagi naik dan tingginya “Electoral Power” pengusungnya, baik dari sang calon tokoh maupun dari partainya.
Dari kelompok komposisi partai oposisi, PD dan PKS, Anies menjadi satu-satunya calon mumpuni mereka. Jika mereka bersepakat, boleh jadi dikarenakan adanya lobi-lobi mantan Presiden dan wakil Presiden, SBY-JK, Anies boleh jadi akan disandingkan dengan AHY. Dan kedua pasangan ini justru akan menjadi kekuatan politik sentrifugal terbesar dari kalangan partai oposisi untuk dapat bersaing ketat sekaligus memenangkannya.
Bahkan, baru-baru ini, ketika juga adanya keterlibatan sang pelobi ulung JK kepada Megawati, sekarang malah santer digadang-gadang pasangan Anies-Puan untuk maju.
Bagi PDIP, sebagai partai pemenang Pemilu terbesar nyaris selama satu dekade Pemerintahan Jokowi, no problem jika akan mengusungnya sendiri kedua pasangan itu tanpa berkoalisi dengan partai lain, dikarenakan telah mencukupi kuota Preshold 20%.
Namun, sebelumnya ketika santer digadang-gadang pula pasangan Prabowo-Puan yang diusung Gerindr- PDIP, dengan adanya pencalonan pasangan Anies-Puan, maka paling tidak diperlukan sikap kelegowoan kenegarawanan seorang Prabowo untuk mengalah maju dan akan lebih baik bila mengusung kembali pasangan maestro lama yang memenangkan pasangan Anies-Sandiaga Uno di Pilkada Jakarta.
Bagi Gerindra itu mudah saja untuk memenuhi kuota Preshold 20%, dengan membuka ingatan lama kembali ibarat reuni, berkoalisi dengan partai-partai pendukung yang memenangkan Anies-Sandi di Pilkada Jakarta itu.