Anies: Realitas Politik ‘Panas-Adem’
Luar Biasanya! Itu dinyatakan di hadapan nyaris seluruh pejabat fungsionaris anggota parpol oligarki. Bisa jadi —meski tidak terlihat dampak “political shock” bagi para fungsional “politician”itu membuat “puyeng” tujuh keliling.
Padahal, selama ini yang selalu ditafsir secara politis oleh banyak pihak di kalangan internal partai mereka sendiri sebagai keseriusan “legacy”-nya, tertuju kepada —sampai disebut “Sang Putra Mahkota”, Ganjar Pranowo, sebagai implementasi bentuk perwujudan baru “Trah Jokowi”.
Setelah sebelumnya tercatat dalam sejarah, seolah bakal menjadi tradisi “buruk” bila dikomparasi dengan teori dinamika politik kekuasaan modern, seperti adanya kemunculan Trah Megawati, Trah Gusdur dan Trah SBY.
Malah, akibat tutur narasi “legacy”cara Jokowi “berkeliling”itu, seolah serta merta seketika itu pula pupuslah harapan alias omongan kosong belaka: semakin melegitimasi citra perilaku dan ujaran Jokowi —yang kali ini harus diakui oleh mitra dan kolega politiknya sendiri, selalu “the lie habbit” itu.
Jelas, dua kubu sekaligus yang menjadi kena getah “kepanasan” berakibat kebakaran jenggot: sudah pasti KIB terlebih dahulu yang menjadi koaliasi partai jargon “the backing stage” Ganjar Pranowo.
Kubu lain, partai banteng moncong putih, yang laik dan layak tersinggung, yang kini tengah semakin terperangkap derita teralienasi.
Ditinggal Prabowo, dan atau semakin disuruh paksa menggandeng Ganjar Pranowo yang elektabilitasnya menurut lembaga-lembaga survey elektoral —padahal bayaran, tengah terus melejit semakin meninggalkan jauh Puan Maharani.
Dalam situasi yang sudah “panas” ini, terasa semakin “panas” itu ujug-ujug Anies bertemu Gibran di Solo, setelah Anies menjadi pembicara tamu utama yang diselenggarakan oleh Bloomberg, salah satu media berita investigasi terkemuka dunia di perhelatan KTT G-20 di Bali.
Kontekstual peristiwa pertemuan Anies-Gibran di satu sisi itu banyak mengundang banyak tanya yang bersifat politis. Yang jelas mengundang semakin “panas” mendidih lagi kubu partai oligarki.
Bahkan, panas mendidihnya PDIP sudah membuncahkan emosional menyebut Anies sebagai politikus pemecah belah.
Di sisi lain, Bloomberg sebagai institusi independen jurnalisme investigatif, mengetahui dan paham benar dengan kecakapan, kepandaian dan kecerdasan Anies Baswedan yang sudah bersuara deras diakui oleh kalangan pimpinan dunia internasional sebagai pengganti Jokowi, adalah sangat layak dan pantas dijadikan pembicara komparatif dari suatu perhelatan akbar KTT G20 itu.