#Lawan IslamofobiaNASIONAL

Ansyaad Mbai: Lebih Berbahaya Radikalisme Ketimbang Virus Corona

Jakarta (SI Online)-Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Pol (Purn) Ansyaad Mbai mengatakan lebih mengerikan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dibandingkan dengan virus Corona yang saat ini telah mewabah ke 93 negara di dunia, termasuk ke Indonesia.

“Menurut saya lebih berbahaya virus radikal daripada virus corona. (Corona) Kita sudah tahu korban angkanya berapa persen. Tapi kalau radikalisme ISIS korbannya bangsa ini,” kata Ansyaad dalam diskusi Polemik MNC Trijaya bertema “WNI ISIS, Dipulangkan atau Dilupakan?” di Jakarta, Sabtu pagi 7 Maret 2020.

“Mengapa kita harus waspada terhadap virus radikal? Saya kira kita perlu ketahui radikalisme merupakan ibu kandung terorisme itu sebetulnya apa?,” lanjut Ansyaad.

Ansyaad mengaku melihat perdebatan seru seputar makna radikal. Radikal, kata Ansyaad, ada yang memaknai secara positif. Bahwa inovasi-inovasi dalam ilmu pengetahuan itu diawali dari cara berpikir radikal.

Namun, Ansyaad menolak jika pembahasan radikalisme dilarikan ke makna bahasa itu. Menurut dia radikalisme itu bukan dielaborasi dari makna radikal secara positif.

“Jangan larut dalam diskusi yang tak punya dasar. Radikalisme itu sudah jadi terminologi global,” klaim dia.

Ansyaad memilih makna radikalisme yang saat ini tertulis di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yakni paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.

Mengutip laporan penelitian dua LSM liberal di negeri ini, Wahid Institute dan Maarif Institute, Ansyaad membeberkan ciri-ciri kelompok yang ia sebut sebagai radikal itu.

Tiga ciri itu, kata Ansyaad, adalah: pertama, kelompok yang mengklaim kebenaran beragama; kedua, kelompok yang merasa paling paham doktrin agama, yang lain salah; dan ketiga, saking merasa pahamnya paling benar mereka memiliki otoritas untuk menghakimi pemehaman orang lain yang berbeda atas nama Tuhan.

“Contohnya saat merusak, membakar, memotong leher, mereka lakukan dengan takbir. Ini fakta,” kata Ansyaad.

red: shodiq ramadhan

Artikel Terkait

Back to top button