NUIM HIDAYAT

Aqil Siroj Makin ….

Selain Menteri Agama Yaqut Cholil Choumas, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj juga sering membuat kontroversi. Baru-baru ini ia meminta dosen agama di fakultas umum tingkat universitas untuk tidak terlalu banyak mengajarkan akidah dan syariah. Menurutnya, hal itu dapat meningkatkan risiko peningkatan radikalisme.

“Bagi dosen agama yang mengajar agama di bukan fakultas agama, tidak usah banyak-banyak bincang akidah dan syariah. Cukup dua kali pertemuan. Rukun iman dan [rukun] Islam,” Said Aqil dalam sebuah diskusi daring, Senin (5/4).

“Kecuali [jurusan] ushuluddin, kecuali [jurusan] fiqih atau tafsir hadis. Itu terserah, itu harus mendalam. Tapi kalau dosen yang mengajar di fakultas yang umum, Teknik, Hukum misalkan enggak usah banyak-banyak tentang akidah dan syariah, cukup dua kali,” tuturnya, sebagaimana dikutip dari cnnindonesia.com.

“Kenapa? Kalau ini diperbanyak, nanti isinya, surga-neraka, Islam, kafir, lurus, benar, sesat. Terus-terusan bicara itu radikal jadinya,” ucap dia. Berdasarkan Qur’an dan Hadist, Said Aqil menjelaskan bahwa manusia tidak hanya ditugaskan untuk melakukan hal-hal terkait teologi atau ‘ilahiyah’ , tetapi juga menyangkut kemanusiaan.

“Agama bukan dari langit, tapi dari manusia sendiri,” jelasnya. Ia memberi contoh, seharusnya dosen-dosen harus mengembalikan masa kejayaan peradaban Islam. Delapan abad yang lalu, kata dia, intelektual Islam lebih maju dari Eropa dan China. “Waktu itu Eropa masih tidur, China masih tradisional. Islam sudah maju luar biasa,” ucapnya.

Sebelumnya Said Aqil Siroj juga menyatakan bahwa ajaran Wahabi merupakan pintu masuk terorisme. Ia pun meminta pemerintah membendung paham-paham ini.

“Kalau kita benar-benar sepakat, benar-benar satu barisan ingin menghadapi, menghabiskan, menghabisi jaringan terorisme dan radikalisme, benihnya yang dihadapin, pintu masuknya yang harus kita habisin, apa? Wahabi! Ajaran Wahabi itu pintu masuknya terorisme,” kata Said dalam sebuah seminar virtual, Selasa (30/3).

Said melanjutkan Wahabi memang tidak mengajarkan terorisme dan kekerasan. Namun, katanya, paham ini selalu menganggap orang yang memiliki pandangan berbeda sebagai kafir meski sesama muslim. “Kalau sudah Wahabi, ini musyrik, ini bid’ah, ini enggak boleh, sesat, kafir. Itu satu langkah lagi halal darahnya, boleh dibunuh dan lain-lain,” jelas Said.

“Benih terorisme adalah Wahabi dan Salafi, itu ajarannya ekstrem, tekstual, harfiah, puritisasi, dalam rangka memurnikan Islam seperti di zaman rasul, semua dianggap sesat, bid’ah,” ujarnya menambahkan.

Dalam kesempatan itu, Said Aqil juga menekankan bahwa saat ini bahaya laten yang dihadapi Indonesia bukan lagi paham komunisme atau Partai Komunis Indonesia (PKI), melainkan terorisme dan radikalisme.

“Mohon maaf, saya berani mengatakan bukan PKI bahaya laten kita, tapi radikalisme dan terorisme yang selalu mengancam kita ini,” papar Said.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button