Arab Saudi Tahan Cendekiawan Muslim Uyghur, Keluarga Khawatir akan Dideportasi ke China
Masih belum jelas kapan Arab Saudi bisa mendeportasi kedua warga Uighur itu. Maya Wang, seorang peneliti senior Human Rights Watch di China, juga berbicara dengan keluarga mereka dan meminta Arab Saudi untuk menghentikan deportasi.
“Arab Saudi seharusnya tidak secara paksa mengembalikan dua orang Uyghur ini ke China, di mana mereka kemungkinan besar akan menghilang ke dalam lubang hitam,” kata Wang kepada Middle East Eye.
“Sudah cukup buruk bahwa Arab Saudi tidak mau mengkritik serangan pemerintah China terhadap Islam. Tapi itu adalah penolakan yang mengejutkan terhadap hukum internasional untuk mengembalikan mereka secara paksa.”
Wang menambahkan bahwa pihak keluarga telah memberi tahu dia bahwa pejabat kehakiman juga bertanya kepada Waili dan warga Uighur lainnya yang ditahan apakah mereka tahu nama-nama warga Uighur lainnya di Arab Saudi.
Kemungkinan deportasi Waili terjadi beberapa bulan setelah pengadilan Maroko menyetujui ekstradisi seorang aktivis Uighur setelah Beijing mengajukan surat perintah penangkapannya melalui Interpol.
Yidiresi Aishan, ayah tiga anak berusia 34 tahun dengan status tinggal di Turki, ditahan oleh polisi Maroko di Rabat setelah melarikan diri ke negara Afrika Utara tersebut. Masih belum jelas mengapa Maroko menyetujui ekstradisi Aishan setelah Interpol membatalkan surat perintah penangkapan “red notice” yang dikeluarkan terhadapnya.
Interpol membatalkan “red notice” pada Agustus setelah sekretariat jenderalnya menerima informasi baru tentang Aishan. Pada Oktober 2020, BBC melaporkan bahwa Arab Saudi dan negara-negara mayoritas muslim lainnya, termasuk Mesir dan Uni Emirat Arab, telah bekerja sama dengan Beijing untuk mendeportasi warga Uighur kembali ke China.
red: a.syakira
sumber: sindonews.com