INTERNASIONAL

Bagaimana Israel Mendorong Gaza ke Titik Kritis: ‘Kelaparan, Sendirian, dan Diburu’

Simon Speakman Cordall

Melalui perang tanpa henti di Gaza, Israel telah membunuh lebih dari 59.000 warga Palestina, melukai 143.000 lainnya, dan mendorong ratusan ribu orang ke dalam kelaparan paksa akibat blokade dan sistem distribusi bantuan yang dimiliterisasi.

Lebih dari 100 warga Palestina telah meninggal karena kelaparan dalam beberapa pekan terakhir—80 di antaranya anak-anak.

Gaza di Ambang Kehancuran Total

Apa pun tujuan akhirnya, menurut para analis, kebijakan Israel telah mendorong masyarakat Gaza ke titik kehancuran.

“Kebijakan Israel telah membuat Gaza tak layak huni,” ujar Derek Summerfield, psikiater asal Inggris yang menulis banyak tentang dampak perang dan kekejaman.

“Ini menghancurkan konsep masyarakat dan semua institusi yang menopangnya—dari universitas, rumah sakit, hingga masjid. Ini adalah perang sosiocidal,” lanjutnya, merujuk pada konflik yang bertujuan menghancurkan seluruh struktur dan identitas masyarakat. “Orang-orang kehilangan segalanya dan merasa mereka tak sanggup bertahan.”

Bayang-bayang kematian dan kehancuran total telah membuat warga Palestina berada di ambang keputusasaan. Sebagian mencoba melarikan diri, meski hanya sementara, dari kengerian yang mereka alami. Sebagian lagi bertahan di rumah mereka, meskipun agresi Israel terus meningkat.

Kelaparan sebagai Tujuan Kebijakan

Kelaparan massal yang telah lama diperingatkan oleh lembaga bantuan kini menjadi kenyataan. Bahkan para pekerja kemanusiaan dan jurnalis pun ikut kelaparan dan mengalami malnutrisi.

Hari Rabu lalu, lebih dari 100 lembaga bantuan mengeluarkan surat terbuka yang mendesak Israel bekerja sama dengan PBB dan mengizinkan masuknya bantuan ke Gaza.

Al Jazeera juga menyerukan perlindungan terhadap jurnalis yang terperangkap di Gaza, yang banyak di antaranya tak lagi sanggup meliput akibat kelaparan dan memburuknya kesehatan. Kantor berita AFP juga mengeluarkan seruan serupa.

“Kelaparan bukan hanya fisik, tapi juga mental,” kata Alex de Waal, direktur eksekutif World Peace Foundation dari Universitas Tufts.

“Itu mendehumanisasi dan merendahkan korbannya. Ini adalah pengalaman—dan kemudian memori—tentang mengais makanan dari tempat sampah, dan segala hal yang dilakukan untuk bertahan hidup.”

“Perlu diingat, kelaparan adalah tindakan—dan sering kali tindakan kriminal,” tambahnya. “Ini bukan seperti menjatuhkan bom. Kelaparan bisa memakan waktu 60 sampai 80 hari. Kelaparan separuh, seperti yang terjadi di Gaza, bisa lebih lama.”

“Israel telah berkali-kali diperingatkan bahwa tindakannya menyebabkan kelaparan massal. Ini tidak seharusnya mengejutkan siapa pun.”

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button