Bagaimana Penyusunan Ayat dan Surat dalam Al-Qur’an?
Ketiga: Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dengan sanad hasan, dari Utsman bin Abil ‘Ash, ia berkata, “Ketika aku sedang duduk bersama Rasulullah saw. tiba-tiba Nabi mengangkat pandangannya, kemudian menurunkan pandangannya lagi, kemudian beliau bersabda, ‘Jibril telah datang kepadaku, kemudian memerintahkanku untuk meletakkan ayat ini ke tempatnya dalam surat ini, yaitu: Innallaaha ya’muru bil ‘adli wal ihsaan wa iitaai dzil qurbaa’ (QS. an-Nahl: 90) hingga akhir ayat.”
Keempat: Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu az-Zubair, ia berkata, “Saya pernah berkata pada Utsman, ‘Ayat walladziina yutawaffauna minkum wa yadzaruuna azwaajan’ (QS. al-Baqarah: 240) ini telah di-nasakh (hapus) oleh ayat yang lainnya, tetapi mengapa engkau tetap menulisnya dan tidak engkau tinggalkan?’ Utsman berkata, ‘Hai anak saudaraku, saya tidak (berhak) mengubah sesuatu yang ada di dalam Al-Qur’an dari posisinya (tempatnya).’”
Kelima: Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Umar, ia berkata, “Saya belum pernah lebih banyak bertanya kepada Nabi saw. tentang suatu masalah daripada apa yang saya tanyakan kepada beliau tentang al-kalaalah, hingga beliau menyentuhkan jari telunjuknya ke dadaku, dan beliau bersabda, ‘Cukup bagimu ayat ash-Shaif yang ada di akhir surat an-Nisa’.’”
Keenam: Hadits-hadits tentang ayat-ayat di akhir surat al-Baqarah.
Ketujuh: Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Darda’ (marfu’), “Man hafidza ‘asyra aayaat min awwali suuratil kahfi ‘ushima min ad-dajjaal” (Barangsiapa hafal sepuluh ayat dari awal surat al- Kahfi maka ia terjaga dari Dajjal). Di dalam lafadz lain yang juga dishahihkan Muslim dikatakan, “Man qara’a al-‘asyra al-awaakhir min suurati al-kahfi ….” []
(Shodiq Ramadhan)