OPINI

Belajar Atasi Krisis Pangan dari Islam

Kepemimpinan dan policital will yang ditunjukkan Khalifah Umar bin Khattab kala itu mampu mengatasi krisis pangan di Madinah. Beliau menetapkan berbagai kebijakan untuk menekan laju kematian akibat krisis. Sistem kepemimpinan seperti ini hanya terwujud dalam sistem pemerintahan Islam. Bukan demokrasi atau kapitalisme.

Dalam mengtasi krisis pagan, Islam memiliki langkah ideologis dan strategis. Diantara langkah ideologis itu adalah:

Pertama, keluar dari belenggu kapitalisme adalah prasyarat tegaknya sistem Islam. Sistem Islam meniscayakan lahirnya pemimpin yang amanah. Dengan kebijakan berbasis syariat Islam, menyelesaiakan masalah krisis adalah hal pertama dan utama yang dilakukan.

Kedua, membebaskan diri dari jerat utang berbasis ribawi dan perjanjian internasional yang merugikan negara. Negara tanpa utang apa bisa? Bisa, asal sumber-sumber pemasukan negara seperti pengelolaan SDA, harta fai’, kharaj, jizyah. Infak, dan zakat dikelola dengan benar sesuai prinsip syariat Islam. Imam Al-Mawardi mengatakan bahwa peran utama Baitul Mal sebagai lembaga keuangan kaum muslimin sesuai dengan tujuan pemerintahan dalam Islam, yakni memelihara hak dan mengayomi kemaslahatan umum bagi kaum muslimin dalam aspek kebendaan (harta).

Selain langkah idelogis, langkah strategis negara Islam mengatasi wabah yaitu:

Pertama, dalam hal konsumsi. Membudayakan hidup berhemat dan tidak berlebihan pernah dicontohkan Nabi Yusuf sebagai strategi kebijakan pangan saat masa paceklik melanda Mesir. Konsumsi makan berlebih akan merusak kesehatan. Sampah dari limbah pangan juga akan meningkat. Maka cara menekannya adalah dengan membiasakan pola hidup sehat, halal, dan thayyib. Bukan boros dan berlebih. Secukupnya saja. Edukasi semacam ini diserukan negara sebagai bentuk tanggungjawab individu di hadapan Allah. Lagipula, Islam mengajarkan agar terbiasa hemat dan saling berbagi dengan sesama. Tidak serakah.

Kedua, dalam hal produksi. Ketahanan pangan baru terwujud manakala negara memproduksi secara massif produk pertanian. Lahan pertanian akan dioptimalkan untuk memproduksi massal bahan pangan yang menjadi kebutuhan dasar bagi rakyat. Negara memberi fasilitas dan sarana yang mendukung produksi pangan. Baik irigasi, bibit, pupuk, alat pertanian, dan teknologi yang dapat mengembangkan produksi pertanian. Negara juga akan menghitung kebutuhan pangan di masa paceklik. Sehingga stok pangan aman saat menghadapi masa paceklik atau kemarau panjang.

Islam memiliki perhatian khusus terhadap sektor pertanian. Suatu saat, Rasul bertemu dengan Ummu Basyar al-Anshariyah di kebun kurma. Rasul menanyakan, milik siapakah kebun itu dan siapa yang menanam ratusan pohon kurma tersebut. “Muslim atau non-Muslimkah ia?,” kata Rasul. Jawabannya Muslim. Bahkan, Rasul menunjuk Hudzaifah ibn al-Yaman sebagai katib yang mencatat hasil produksi Khaybar dan hasil produksi pertanian.

Mengutip dari bukunya “The Middle East Remembered”, masa kekhalifahan merupakan masa kejayaan penerapan sistem ketahanan pangan. Umar bin Khattab menerapkan inovasi soal irigasi untuk mengairi area perkebunan. Kawasan delta Sunga Eufrat dan Tigris serta daerah rawa sengaja disulap dengan dikeringkan menjadi lahan-lahan pertanian. Kebijakan itu diteruskan hingga Dinasti Umayyah.

Ketiga, dalam hal distribusi. Negara akan melakukan manajemen data penyaluran distribusi pangan agar tepat sasaran. Dari perangkat desa hingga provinsi. Pencatatan yang teliti dan rinci akan memudahkan pendistribusian pasokan pangan ke berbagai wilayah.

Dengan kekuatan politik serta ideologi yang sahih serta kepemimpinan yang kuat, bukan hal utopi negara mampu mandiri pangan. Dengan manajemen dan antisipasi yang strategis, perasolan krisis pangan ataupun krisis lainnya dapat diatasi. Penerapan sistem Islam yang menyeluruh adalah jawaban atas problematika kehidupan yang gagal diwujudkan kapitalisme. Bukankah sistem Islam terbukti sukses mengatasai berbagai persoalan? Mengapa tak segera mencontoh dan menerapkannya dalam kehidupan? Dibutuhkan kesadaran politik dari para pemimpin negeri dan umat hari ini untuk segera berbenah dan serius menyelesaikan krisis pangan yang tengah mengancam.

Chusnatul Jannah
Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button