RESONANSI

Belajar dari Model Kepemimpinan ‘Lebah’ Anwar Ibrahim

Anwar bukanlah seorang Nabi maupun wali, dia manusia biasa yang tidak luput dari salah, silap, dosa karena dalam Islam hanya Nabi yang maksum tanpa dosa.

Hanya mengingatkan pada falsafah orang lama; bergurulah pada yang pandai, bertanyalah pada yang tahu dan mencontohlah pada yang lebih sukses.

Menulis tentang seorang yang masih hidup sebenarnya kurang tepat karena peluang untuk dia akan berubah itu masih tetap ada. Semoga model kepemimpinan Anwar Ibrahim tidak berubah sampai akhir hayatnya nanti.

Tulisan ini juga bukan ditujukan untuk para pembenci karena kata Sayidina Ali pembenci tidak akan percaya apapun penjelasan kita.

Namun Al-Qur’an mengingatkan kita untuk saling manasihati di jalan kebenaran dan kesabaran.

Dan semoga orang Malaysia tidak seperti orang Indonesia yang termakan propaganda dengan dana yang besar untuk menjatuhkan Presiden Habibi lalu menyesal karena setelah itu tidak ada lagi pemimpin yang lebih berkualitas dan lebih berprestasi darinya. Fikir dalu pendapatan, menyesal kemudian tidak berguna.

Hanya sebuah intropeksi dan muhasabah diri karena saya pernah menjadi pemimpin sebuah organisasi yang kecil dan saya akui belum mampu menjadi pemimpin seperti Anwar Ibrahim

Anwar itu pemimpin sejati seperti lilin yang membakar diri sendiri untuk menerangi sekitarnya sebagaimana tuntunan Hadis Nabi.

Dia tidak takut pada risiko penjara, penyiksaan, dipulaukan, ditekan asalkan dia dapat menyampaikan kebenaran pada masyarakat. Itulah Siddiq, Tabliq, Amanah & Fathonah kriteria pemimpin dalam Islam.

Mengenai ada janji yang belum mampu ditunaikan saya ibaratkan diri sendiri yang baru mampu menunaikan janji pada isteri setelah lebih dari 10 tahun menikah.

Ada empat sifat lebah yang ada pada model kepemimpinan Anwar Ibrahim seperti berikut;

1. Memakan yang baik-baik

Tidak seperti lalat yang mencari dan memakan yang busuk, lebah mencari suasana yang indah dan memakan yang baik-baik darinya.

Dia berkawan dengan para ulama terkenal dunia, dia seperti sebiji benih yang berkualiti dicampakkan ke laut jadi pulau. Bertahun-tahun dalam penjara dia gunakan untuk menelaah kitab-kitab karya ilmuan tersohor dunia.

Seperti lebah dia hanya memakan yang baik-baik, jangankan korupsi gaji sendiri pun dia tidak ambil.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button