OPINI

Benarkah Khilafah Berbahaya?

Akhir-akhir ini kata khilafah sering diposisikan sebagai “monster” yang sangat berbahaya. Sampai-sampai sebuah laman situs go-vote online membuat petisi yang berisi setuju atau tidaknya masyarakat, bila video ceramah Ustadz Abdul Somad dihapus. UAS dalam ceramahnya menyebut kata khilafah.

Tapi benarkah khilafah berbahaya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, seseorang harus tahu dulu tentang konsep ideologi. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam mengatur kehidupan di dunia ini manusia membutuhkan sebuah cara pandang kehidupan/ideologi. Ideologi pada hakikatnya adalah pemikiran mendasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam mengenai hakikat kehidupan, yang kemudian melahirkan sistem (aturan) kehidupan.

Dengan definisi tersebut, sebenarnya di dunia ini hanya tiga yang layak dikategorikan sebagai ideologi, yaitu (1) Sosialisme-Komunisme, (2) Kapitalisme, (3) Islam.

Realitanya hanya 3 ideologi inilah yang mampu memberikan jawaban atau solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi manusia, terlepas benar atau tidaknya solusi tersebut. Hanya tiga ideologi inilah yang melahirkan sistem kehidupan : sistem polotik, sistem ekonomi, sistem sosial, sistem hukum.

Sosialisme-Komunisme

Sosialisme-Komunisme didasarkan pada akidah materialisme yang menyatakan bahwa manusia, alam semesta dan kehidupan berasal dari materi (benda). Materialisme menempatkan materi sebagai tolok ukur segala sesuatu. Ideologi Sosialisme-Komunisme ini terkenal dengan ideologi yang anti Tuhan atau anti agama, yang kemudian melahirkan jargon “Agama adalah candu bagi masyarakat”.

Karena Tuhan dianggap tidak ada dan segala sesuatu dipandang berasal dari materi, maka aturan-aturan kehidupan yang dibuat oleh manusia harus mengikuti hukum materi (yang selalu mengalami evolusi), bukan mengikuti hukum Tuhan. Dengan pemahaman dasar seperti ini Ideologi Sosialisme-Komunisme melahirkan berbagai konsep kehidupan—sosial, politik, ekonomi, hukum yang bercorak materialistik, yang terbukti banyak melahirkan bencana bagi umat manusia.

Rusia pada masa Lenin misalnya, ketika berupaya menerapkan konsep ini dan akan menjadikan seluruh dunia menjadi negara komunis telah banyak makan korban terhadap rakyat Rusia. Mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan primer dalam hidupnya, tidak memiliki hak politik. Rakyat dipaksa bekerja tapi hasilnya untuk negara.

Di tanah air, semua orang trauma dengan tindakan Partai Komunis Indonesia yang bertindak kejam, sadis, tidak berperikemanusiaan dalam peristiwa G 30 S/PKI. Mereka menganggap Komunisme sangat berbahaya dan layak untuk diberantas hingga ke akar-akarnya.

Kapitalisme

Kapitalisme didasarkan pada akidah sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan dan dari negara). Akidah sekulerisme mengakui bahwa manusia, alam semesta dan kehidupan ini berasal dari—atau diciptakan—Tuhan. Namun, keberadaan Tuhan hanya diakui sebagai Pencipta, bukan sekaligus sebagai Pengatur. Pengakuan terhadap Tuhan hanya formalitas belaka. Sebab ideologi Kapitalisme hanya mengakui Tuhan dari sisi keberadaan-Nya, tidak dari sisi peran-Nya.

Konsekwensinya, kehidupan manusia tidak diatur oleh Tuhan tapi oleh manusia sendiri. Manusia dipandang memiliki kewenangan mutlak untuk mengatur dirinya sendiri. Dalam konteks kekinian, hal itu diwujudkan dalam kerangka demokrasi dengan jargon kedaulatan rakyat-nya. Kedaulatan rakyat nyata-nyata menafikan kedaulatan Tuhan.

Ideologi Kapitalisme kemudian melahirkan berbagai konsep aturan kehidupan—sosial, politik, ekonomi,hukum dan sebagainya. Berbagai konsep itu semua bersumber dari akal manusia.

Dengan menjadikan kedaulatan di tangan manusia, berbagai malapetaka kehidupan terjadi. Kehidupan serba bebas tanpa mau terikat dengan aturan Tuhan menjadi pola hidup manusia. Dilegitimasi dengan jargon Hak Asasi Manusia (HAM), manusia hidup lepas dari aturan Tuhan. Penindasan sesama manusia terjadi. Yang kuat menindas yang lemah. Yang berkuasa memeras rakyat. Tidak ada nilai spiritual dalam kehidupan sosial karena agama adalah urusan privat, bukan urusan publik.

Ideologi Islam

Islam memandang bahwa manusia, alam semesta dan kehidupan berasal dari—atau diciptakan—Tuhan yaitu Allah SWT. Dialah Pencipta sekaligus Pengatur alam semesta beserta seluruh isinya. Allah SWT berfirman : “Itulah Allah, Tuhan kalian. Tidak ada Tuhan selain Dia yang menciptakan segala sesuatu. Karena itu sembahlah Dia. Dialah Pemelihara segala sesuatu” (TQS al-An’am ayat 102).

Islam memandang bahwa sebagai Pencipta dan Pengatur, Allah SWT adalah Mahatahu atas segala sesuatu yang Dia ciptakan dan Dia atur. Islampun memandang bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Allah memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan.

Di sisi lain Allah SWT telah memberikan seperangkat aturan bagi manusia untuk mengatur seluruh aspek kehidupannya yakni al Qur’an dan as Sunnah. Karena itu sangat logis kalau manusia mengatur seluruh aspek kehidupannya—baik urusan akhirat maupun urusan dunia, baik urusan ibadah maupun muamalah—berpedoman pada al Qur’an dan as-Sunnah. Bahkan manusia wajib tunduk pada al Quran dan as Sunnah sebagai sumber hukum bagi kehidupan mereka. (Lihat QS An Nisa ayat 65).

Untuk menerapkan aturan-aturan tersebut Islam juga telah menetapkan institusi penerapnya yaitu Daulah islam/Daulah Khilafah. Dalam sejarah, nyata sekali bahwa Rasulullah saw membangun Daulah Islam di Madinah berdasarkan akidah Islam dengan seluruh pilar dan strukturnya, termasuk membentuk pasukan, menjalin hubungan ke dalam dan luar negeri dan lain-lain sesuai dengan tuntunan syariah.

Hanya dalam waktu kurang lebih 10 tahun seluruh jazirah Arab telah berada di bawah naungan negara islam yang dipimpin oleh Rasulullah SAW. Negara yang dibangun oleh Rasulullah sanggup merubah jazirah Arab dari sebuah wilayah yang terus terlibat konflik antar suku, menjadi sebuah negara yang kokoh dan berperadaban tinggi serta siap menjadi negara adidaya.

Sepeninggal Rasulullah, kepemimpinan Islam dilanjutkan oleh para Khalifah, hingga daulah Islam menguasai hampir dua pertiga dunia dengan menebar rahmat. Kesuksesan Khilafah menyejahterakan dunia diakui oleh Will Durant dalam The Story of Civilization yang menggambarkan bagaimana sistem islam mampu mensejahterakan bagi umat manusia, Muslim maupun non-Muslim.

“Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti ini belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan tersebar luas, hingga berbagai ilmu, sastera, filsafat dan seni mengalami kemajuan luar biasa, yang menjadikan Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad”

Khilafah adalah Solusi

Mengatakan Khilafah berbahaya jelas bertentangan dengan fakta. Karena secara i’tiqodi (keyakinan) sistem khilafah adalah sistem yang berasal dari wahyu. Adanya untuk menerapkan syariah Islam agar menjadi rahmat bagi alam semesta. Secara faktual, sistem khilafah yang pernah diterapkan terbukti telah menebar rahmat dan menyelamatkan manusia dari kehancuran. Yang berbahaya justru ideologi Sosialisme-Komunisme dan ideologi Kapitalisme. Sebab kedua ideologi itu menolak peran Tuhan dalam mengatur kehidupan manusia.

Stigmatisasi Khilafah lebih pada kepentingan politik dan kekuasaan. Tapi kalau dikatakan sistem Khilafah ini akan mengancam hegemoni kekuatan asing yang jahat di negeri ini, maka tidak diragukan lagi, Khilafah sangat mengancam untuk mereka.

Jika saat ini kaum Muslimin kembali menyuarakan penegakan khilafah tentu merupakan bentuk kepedulian terhadap negeri ini. Usulan sebuah sistem ketatanegaraan adalah hal biasa, dalam upaya mencapai tujuan bermasyarakat. Sebagaimana Indonesia juga masih terus mencari format tata pemerintahan yang ideal. Nusantara pernah berbentuk kerajaan, kemudian presidentil dengan variannya demokrasi terpimpin, liberal dan sebagainya. Pernah juga Republik Indonesia Serikat, sistem Perdana Menteri. Sekarang otonomi daerah, setelah sebelumnya terpusat. Jadi ada masalah apa dengan usulan sistem Khilafah?

“Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan, “Aku dan Rasul-rasul-Ku pasti menang”. Sungguh Allah Mahakuat, Mahaperkasa.” (TQS al Mujaadalah ayat 20-21). Wallahu a’lam bi showab.

Dra. Irianti Aminatun
(Pemerhati Masalah Umat)

Artikel Terkait

Back to top button