Bentuk Gerakan Nasional Memilih Presiden Berkualitas
Kecerdasan otak adalah ciri diplomasi zaman modern. Makanya negara maju lebih mengutamakan pembangunan sumber manusia daripada sumber ketenteraan. Tentera dan Polisi tidak diberi peluang untuk membentuk dominasi apalagi intervensi.
Ini berarti bahawa sebuah negara harus di bangun di atas dasar pondasi ilmu, para pemikir, intelektual, cendekiawan, otak. Bukan atas dasar otot, isi kepala tentara, polisi, artis, tokoh pencitraan media dan mereka yang lemah sumber manusia lainnya.
Kuatnya campur tangan tentara dan polisi dalam negara-negara Muslim menjadi antara penyebab mundurnya negara-negara umat Islam tersebut. Padahal Tentara dan Polisi hanyalah ibarat satpam dalam mall, perusahaan, pabrik. Tugasnya hanyalah mengamankan tanpa perlu intervensi. Berjuang supaya orang merasa nyaman datang dan berada dalam mall tersebut atau supaya pekerja merasa nyaman dan tenteram bekerja dalam perusahaan atau pabrik tersebut
Negara yang baik pula adalah negara yang memiliki data bukan negara yang penuh dengan opini, persepsi, dugaan, jikalau, andai, umpama, seolah-olah. Mengenal apa masalah, bagaimana solusi dan mendata persentase tingkat keberhasilannya setiap tahun.
Islam memandang, apabila sesuatu diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. Sementara para cendekiawan dalam realitasnya selalu dijadikan musuh negara oleh pemimpin kurang cerdas yang berkuasa seperti yang berlaku pada Hamka, Natsir, Hasan al-Banna, Mursi, Amien Rais, Anwar Ibrahim, Erdogan dan sebagainya.
Pergantian pemimpin seharusnya janganlah bagaikan mengganti “cigak dengan beruk” atau “keluar dari mulut buaya masuk mulut harimau”, “gali lobang tutup lobang”, tetapi gantilah yang buruk menjadi baik dan seterusnya yang lebih baik kualitasnya demi kemajuan bangsa dan negara untuk kesejahteraan dan kemakmuran bersama agar orang tidak lagi menyebut kita bangsa babu di luar negara.
Islam mengamalkan kepatuhan terbatas pada pemimpin karena ia hanya ditinggikan seranting dan didahulukan selangkah dengan orang yang dia pimpin. Pemimpin yang dipilih seharusnya adalah karena individunya berkualitas bukan karena faktor kualitas orang lain. Abu Bakar, Umar, Usman, Ali dipilih karena kualitas peribadinya bukan pertimbangan karena keluarga Rasulullah.
Negara yang mengamalkan sistem presidential, presiden memiliki peranan penting dalam perubahan. Untuk itu diperlukan seorang presiden yang berkualitas tinggi seperti qawiyun amin, rekam jejak yang baik, jujur, adil, berilmu, memiliki wawasan yang luas, bermoral-akhlak yang mulia, berilmu, berkarisma, wibawa, jati diri, integritas, Siddiq, amanah, cerdas dan tablig, berjiwa merdeka, intelektual, cendekiawan, muda, sipil. Sipil diperlukan karena ciri diplomasi modern adalah menggunakan akal bukan perang seperti zaman kuno.
Cukuplah semua penderitaan rakyat yang ada selama ini, mari membangun untuk kebaikan bersama. Lupakan kepentingan politik kepartaian, kesukuan, golongan menuju politik kesejahteraan bersama demi harga diri bangsa dan negara agar agama, nyawa, akal, keturunan, harta, alam sekitar kita terjaga dengan baik di bawah pemerintahan dan presiden yang baik. Untuk itu supaya Indonesia baru terwujud, faktor utama yang perlu dilakukan adalah dengan cara memilih presiden yang dirinya berkualitas cerdas-amanah bukan karena dia dicitrakan, karena dia anak cucu si anu, karena dia sesuai ramalan jayabaya, roh anu, dukun anu dan sebagainya.
Bentuk Gerakan
- Menjadikan mahasiswa sebagai ujung tombak pendidikan politik matang warganegara. Perguruan Tinggi Muhammadiyah mungkin bisa dijadikan pencetus gerakan ini karena ia swasta dan berada di seluruh Indonesia.
- Menurunkan para perantau untuk kampanye ke masyarakat kampung agar mereka memilih Presiden berkualitas walaupun orang kampung harus terpaksa mengambil sogokan, serangan fajar sembako sebagainya karena pemilu bersifat rahasia.
- Gerakan bersama intelektual, ahli akademik, cendikiawan tokoh masyarakat berpengaruh agar turun gunung berjuang bersama menurut cara dan kemampuan masing-masing seperti membuat artikel, video pendek sebagainya.
- Memboikot menyisihkan dan mengasingkan intelektual ahli akademik cendekiawan penjilat dan pengampu kepada pangkat jabatan dan uang sebagaimana yang dilakukan waktu reformasi di Malaysia.
- GEMASITAS adalah sebuah gerakan yang menghargai jasa dan sumbangan semua Presiden Indonesia masa lalu maupun sekarang, tetapi bercita-cita melahirkan presiden Indonesia masa depan yang lebih berkualitas lagi demi kebaikan dan kemakmuran bersama tanpa mengira suku kaum, agama dan daerah.
- Memboikot Media Mainstream Nasional sebagaimana yang pernah dilakukan dalam gerakan reformasi Malaysia. Sebagai gantinya gerakan dimulai dalam media sosial seperti melalui facebook, twitter, whatsapp, blog dan sebagainya. Sistem kerjanya ialah dengan cara membuat semacam kampanye calon Presiden terbaik yang cerdas tanpa mengira dari partai mana ia berasal. Gerakan akan merekomendasikan seorang calon pemimpin cerdas dengan beberapa pilihan alternatif dan kualitas yang ditentukan.
- Melihat dari berbagai latar belakang prestasi, rekam jejak dan kualitas SDM bakal calon Presiden 2024, maka yang mendekati perjuangan di atas adalah Anies Rasyid Baswedan PhD. Untuk itu pada pemilu 2024 gerakan fokus untuk memenangkan Anies Rasyid Baswedan jadi Presiden 2024.[]
Afriadi Sanusi, PhD, Penulis adalah doktor bidang politik Islam Universiti Malaya Kuala Lumpur Malaysia