NUIM HIDAYAT

Beranikah Prabowo Rehabilitasi HTI dan FPI?

Salah satu dosa besar politik Jokowi adalah membubarkan dua ormas besar Islam, yaitu Hizbut Tahrir Indonesia dan Front Pembela Islam. Jokowi membubarkan keduanya dengan semena-mena. Patut dicatat Jokowi tidak membubarkan satu pun ormas non-Islam.

Seperti diketahui, pembubaran keduanya dikarenakan keduanya punya cita-cita khilafah. Inilah keanehan Jokowi, cita-cita kok dilarang. Padahal jika cita-cita mewujud, yang diuntungkan juga Indonesia. Karena negerinya bertambah besar, bukan makin kecil. Dan dalam sejarah Islam, khilafah itu ‘tidak pernah’ menzalimi golongan-golongan non Islam.

Pembubaran dua ormas itu menunjukkan bahwa Jokowi dan timnya mengidap penyakit Islamofobia. Kedua ormas itu dibubarkan bukan karena berbuat kriminal tapi karena cita-cita khilafah.

Ini berarti mereka melawan hadits Rasulullah saw. Dalam hadits Nabi jelas bahwa suatu saat nanti akan terbentuk Khilafah. Khilafah Islamiyah ala Manhaji Nubuwwah. Jokowi melarang atau tidak, Khilafah insyaallah akan terbentuk. Entah di Indonesia atau negara lainnya.

Bila kita renungkan, keputusan pembubaran ini aneh. Kenapa? Pertama, mereka membatasi cita-cita umat Islam. Kedua, mereka melawan dasar hukum Islam yang kedua, yaitu Hadits.

Umat Islam punya cita-cita khilafah itu wajar. Sebagaima kaum non Islam punya cita-cta ‘khilafah ala Amerika’. Umat Islam punya cita-cita khilafah seperti di masa Madinah Munawwarah. Kaum Katolik kita melihat sudah lama mempunyai khilafah, ‘khalifahnya’ yaitu Paus berada di Vatikan.

Makanya di Eropa ormas-ormas Islam yang punya cita-cita khilafah tidak dilarang. Asal mereka tidak melakukan perbuatan kriminal, dibiarkan.

Dan inilah demokrasi yang sebenarnya. Bukan demokrasi ala Jokowi, yang lebih merangkul kaum non Islam daripada umat Islam. Jokowi tidak bertindak tegas kepada Gerakan Kriminal Papua Merdeka, padahal mereka telah membunuh ratusan/ribuan orang. Lha ini HTI/FPI yang tidak berbuat kriminal kok dibubarkan.

Jokowi harusnya membubarkan juga Golkar dan PDIP, karena anggota-anggotanya banyak yang terlibat korupsi. Tapi tentu saja, Jokowi nggak berani. Kenapa? Karena di belakang Jokowi ada kaum Islamofobia yang tidak peduli masalah korupsi, mereka hanya peduli pada ormas Islam.

Mengapa dua ormas itu dibubarkan? Ya karena dua ormas Islam itu militan, mempunyai struktur organisasi yang rapi dan manajemen organisasi yang bagus. Ketika dua ormas dibubarkan, bersorak sorailah kelompok Islamofobia di negeri ini.

Sayangnya ketika dua ormas ini dibubarkan, hampir tidak ada ormas atau tokoh-tokoh Islam yang membela. Di media massa hanya muncul Prof Amien Rais dan Prof Din Syamsuddin yang gigih membela HTI dan FPI. O ya ada juga Prof Yusril Ihza Mahendra yang all out membela HTI.

Pelarangan dua ormas Islam ini mengingatkan kita pada sejarah pembubaran Masyumi oleh Soekarno tahun 1960. Apakah Jokowi dan timnya ketika membubarkan HTI dan FPI meniru Soekarno? Mungkin saja. Karena Jokowi idolanya Soekarno, meski sekarang ia tak akrab lagi dengan kelompok pro Soekarno, yaitu PDIP.

Bila Jokowi membubarkan, beranikah presiden terpilih mendatang merehabilitasi dua ormas Islam itu? Rasanya tidak mungkin, karena hubungan Jokowi sedang mesra-mesranya. Kemungkinan besar setelah Jokowi lengser Oktober ini, Jokowi akan dijadikan penasihat atau masuk dalam Dewan Pertimbangan Agung.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button