SUARA PEMBACA

Bermain Kata-Kata, Nyawa Rakyat Taruhannya

PPKM darurat berakhir tanggal 20 Juli lalu. Namun covid masih menggila, tak terkendali. Setiap hari selalu memecahkan rekor kasus positif covid. Indonesia bahkan menjadi episentrum penyebaran covid di dunia. Kasus kematian di Indonesia melebihi India dan Brazil. Sungguh bukan prestasi yang baik.

Suara ambulance meraung-raung lebih dari dua kali dalam sehari. Toa masjid dan musholla pun tak henti bekerja menyuarakan berita lelayu. Telah ribuan nakes berguguran. Setengah juta dokter yang meninggal. Ratusan ulama, guru umat pun meninggal dunia membawa ilmunya. Mereka berada di antara 80.598 orang yang meninggal karena covid.

Bicara soal ekonomi rakyat, pun turut memprihatinkan. Ancaman kematian bukan datang dari covid saja, tapi dari ketidaksanggupan kepala keluarga memenuhi kebutuhan pokok di rumah. Bahkan gelombang PHK menjadi ancaman tersendiri bagi para buruh. Mati kelaparan di tengah pandemi, sedih.

Belum lagi soal pendidikan. Belajar daring selama pandemi telah mencerabut fungsi guru sebagai pendidik. Yang tersisa hanya sebagai pengajar. Di sisi lain, orang tua belum siap mendidik anaknya sendiri. Terbukti dari data seks bebas dan kehamilan di luar nikah yang meningkat dua kali lipat selama pandemi. Miris.

Sementara, pemerintah hanya sibuk bermain kata-kata, membuat istilah ini-itu namun tak memberi solusi. Sejak awal para ahli epidemiologi sudah menyarankan lockdown, rakyat juga meminta lockdown. Konsekuensinya, pemerintah harus menjamin kebutuhan pokok manusia dan hewan ternak selama lockdown.

Tapi pemerintah lebih memilih PSBB. Setelah PSBB, berganti menjadi PSBB transisi, ganti PSBB ketat, ganti lagi menjadi PSBB transisi 2. Kemudian diubah lagi menjadi PPKM, ganti jadi PPKM mikro, lalu PPKM darurat, terbaru PPKM level 4.

Istilah apapun itu esensinya sama, rakyat disuruh diam di rumah tapi tak dijamin kebutuhan dasarnya. Desakan perut memaksa rakyat keluar rumah, namun dihadang oleh PPKM. Yang terjadi di lapangan sungguh memprihatinkan, konflik frontal antara rakyat dan aparat keamanan. Bukan menyelesaikan pandemi, PPKM justru melahirkan masalah baru.

Pandemi di Sistem Kapitalisme

Pandemi di sistem kapitalisme akan berlangsung lama. Gelombang covid akan terus berulang. Penguasa negeri tak fokus menyelamatkan nyawa rakyat, justru ekonomi kapital yang menjadi perhatian. Bandara dan tempat wisata tetap dibuka meski dengan berbagai syarat. Hal ini menyebabkan virus ikut bergerak bersama mereka yang keluar masuk.

Jangan tanya tentang mafia alkes dan obat-obatan juga korupsi dana bansos. Sekularisme telah melahirkan manusia yang tidak memiliki hati nurani, mengeruk keuntungan di atas penderitaan orang lain. 3T yang menjadi kewajiban negara pun dilakukan dengan mental ABS. Long covid mengancam kita semua, sistem kapitalisme telah gagal menyelamatkan nyawa manusia.

Pandemi di Sistem Islam Kafah

Untuk mengatasi pandemi, kita perlu memandang covid dengan komprehensif. Cara pandang komprehensif ini yang tak dimiliki sistem kapitalisme yang hanya mementingkan ekonomi. Hanya sistem islam kafah yang mau dan bisa memandang pandemi covid secara komprehensif.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button