Bloody Friday : Antara Islamophobia dan Dendam Ideologis
Label ekstrimis, fundamentalis, radikal dan teroris jelas ciptaan Barat. Tujuan untuk memfitnah Islam, menciptakan Islamophobia dan menimbulkan keraguan terhadap ajaran Islam yang mulia. Serta menghalangi tegaknya syariah dan Khilafah di tengah umat.
Mirisnya, di tengah tragedi berdarah yang menimpa kaum Muslimin. Kaum pemuja HAM yang selama ini berteriak lantang, mendadak diam. Berbeda sikap jika pelakunya teridentifikasi sebagai Muslim atau korbannya non Muslim. Seperti peristiwa pengeboman yang terjadi di Paris, beberapa waktu yang lampau. Standar ganda jelas tampak pada sikap para pemuja HAM. Entah di dalam negeri maupun luar negeri.
Sayangnya, teror yang diciptakan Brenton Tarrant cs tak ampuh menimbulkan benih-benih ketakutan di tengah masyarakat dunia. Sebaliknya gelombang dukungan dan simpati terus mengalir kepada kaum Muslimin di New Zealand dan seluruh dunia. Masjid dijaga tak hanya oleh kaum Muslimin yang ghirahnya semakin menyala. Tapi juga warga non Muslim yang sadar bahwa Islam bukanlah agama teror.
Will Connolly, remaja 17 tahun yang videonya viral di linimasa, adalah contoh nyata bahwa masyarakat dunia mulai terbuka matanya. Aksi Connolly memukulkan sebutir telur ke kepala senator Anning, telah membungkam stigma negatif Anning yang menyebut imigran Muslimlah yang memicu aksi teror tersebut. Di satu sisi menunjukkan dukungan terhadap Islam dan kaum Muslimin. Fitnah Islam sebagai agama teror pun tak lagi mempan.
Duka mendalam untuk saudara-saudara kita yang menjadi korban aksi teror di kedua masjid di Christchurch, New Zealand. Hanya doa dan dukungan yang dapat kita lakukan saat ini. Di lain sisi, semoga tragedi ini semakin menyadarkan kaum Muslimin. Bahwa umat memerlukan perisai dan pelindung untuk melindungi darah, jiwa, harta dan kehormatan mereka. Yaitu khilafah. WalLahu’alam.
Ummu Naflah
Penulis Bela Islam, Member AMK