Budaya Ilmu, Syarat Utama Bangkit dan Jayanya Suatu Bangsa
Budaya Ilmu Bangsa-bangsa di dunia
Problem besar umat Islam saat ini, kata Prof Nor, bukanlah soal ekonomi, politik atau keluarga. Namun, problem dasar umat Islam adalah ilmu pengetahuan atau knowledge. Budaya ilmu yang kuat adalah syarat utama dan terpenting bagi kejayaan, kekuatan dan kebahagiaan seseorang dan suatu bangsa.
Budaya ilmu itu akan tercapai manakala setiap lapisan masyarakat melibatkan diri, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam kegiatan keilmuan di setiap kesempatan. Sebab ilmu merupakan faktor penting dalam menentukan kebahagiaan individu dan kejayaan serta kekuatan suatu bangsa.
Di dunia ini, jelas Prof Nor, ada sejumlah bangsa yang memiliki budaya ilmu yang kuat. Selain Islam, ia menyebut Yunani, Yahudi, China, India dan Jepang adalah bangsa-bangsa yang memiliki budaya ilmu. Uniknya, bangsa-bangsa yang memiliki budaya ilmu yang kuat itu, meskipun jumlahnya kecil mereka dapat mempengaruhi bangsa lainnya yang lebih besar.
Yunani adalah salah satu bangsa yang mempengaruhi peradaban manusia. Tradisi ilmu di Yunani, khususnya yang berpusat di Athena labih dari dua ribu tahun lalu telah berpengaruh besar kepada bangsa lain yang jumlahnya rakyatnya lebih banyak dan militernya lebih kuat. Yunani mampu mempengaruhi Kerajaan Romawi, padahal jumlah rakyatnya tidak sebanyak dan militernya tidak sekuat Romawi. Filsafat, logika, dan matematika bahkan berpengaruh ke peradaban Islam dan Barat hingga hari ini.
Menurut Prof Nor, Yunani bisa mencapai level budaya ilmu yang tinggi karena masyarakatnya gemar ilmu pengetahuan. Pendidik bangsa Yunani bukan satu dua orang tokoh. Tetapi banyak sekali dan pengajaran ilmu pengetahuan dilakukan dimana-mana, sehingga menjadi budaya. Untuk menjadikan Yunani masyarakat berilmu, tidak terfokus pada satu orang atau guru saja, melainkan keluarga dan masyarakat keseluruhan.
“Sayangnya orang Yunani itu tidak mengikut wahyu. Walaupun disebut, tokoh-tokoh besar Yunani ini pernah berguru pada murid-murid Nabi terdahulu di Mesir,” ungkap Prof Nor.
Akibat tidak mengikut wahyu, maka konsep ilmu bangsa Yunani disebut Prof Nor menjadi “tidak jitu dan tidak bersepadu.” Sebagai contoh, meskipun dalam ilmu Yunani dikaitkan antara ilmu dengan akhlak, namun dari sisi pelaksanaannya terdapat pertentangan.
Prof Nor mengutip Will Durant yang mengulas bahwa orang-orang Athena pada abad kelima sebelum Masehi bukanlah contok akhlak yang baik. Mereka membangun akal, namun melonggarkan moral. Para intelektual mereka melakukan seks agak bebas, termasuk dengan kaum sejenis (LGBT).
“Orang Yunani itu memiliki pelacuran, gundik. Seperti dikutip Will Durant, mereka memiliki pelacuran itu untuk keseronokan (kesenangan, red),” ungkap Prof Nor.
Yahudi adalah kaum yang juga berumlah kecil tetapi memiliki budaya ilmu yang kuat. Saat ini jumlahnya kurang dari 30 juta di seluruh dunia. Namun mereka telah mencengkeram ekonomi Eropa selama puluhan tahun. Tradisi ilmu bangsa Yahudi ini berpuncak dari kitab Taurat dan tulisan Rabbi dan cendekiawan mereka.