Buku, Tokoh dan Gerakan Islam
Alhamdulillah dalam Rapat Koordinasi Nasional di Padang 24-26 Februari yang lalu, saya mendapat lebih dari 10 buku. Meski beberapa buku saya sudah punya, tapi saya tetap bersyukur. Bagi saya hadiah yang terbaik untuk dai, guru atau aktivis Islam adalah buku. Bukan kripik Sinjai, tas, voucher atau barang-barang lainnya.
Kenapa buku sangat penting? Seorang sastrawan Inggris Max Twain menyatakan ada dua yang menyinari dunia, matahari dan media massa. Matahari menyehatkan tubuh kita, media massa yang baik menyehatkan pikiran kita.
Bila anda ingin informasi yang cepat bacalah situs berita. Ingin informasi yang lebih dalam bacalah koran esok paginya. Ingin informasi lebih dalam lagi bacalah majalah mingguan. Ingin lebih dalam lagi bacalah jurnal atau buku.
Buku yang bagus menghimpun berbagai informasi, menyadarkan atau menggerakkan orang. Buku bisa mengubah kebiasaan seseorang. Buku bisa mengubah orang yang berpikir sekuler, menjadi Islami atau sebaliknya. Buku pun bisa membentuk sebuah negara. Buku Theodor Herzl, Der Judenstaat menjadi dasar pembentukan negara Israel.
Maka jangan heran dalam sejarah dunia buku kadang ditakuti. Orde Baru melakukan pelarangan buku-buku kiri. Orde Lama melakukan pelarangan dan pembakaran buku-buku dari Barat.
Hanya kaum yang memiliki peradaban rendah lah yang tidak menghormati dan tahu makna buku. Sebagaimana pasukan Mongol Jengis Khan yang menyerbu Baghdad di abad ke-13. Pasukan Jengis Khan menenggelamkan ribuan buku-buku yang ditulis ulama Islam, di lautan.
Kebodohan atau keberingasan pasukan Mongol ini menunjukkan tingkat peradabannya yang rendah. Meski ia punya pasukan yang gagah perkasa. Karena akal pikirannya yang bodoh ini, menjadikan ‘puluhan tahun’ kemudian, cucu dan pasukan Jengis Khan kemudian masuk Islam. Para ulama Baghdad saat itu dengan keilmuannya yang tinggi, membuat cucu Jengis Khan dan pasukannya memeluk Islam dengan kesadaran dan sukarela.
Meskipun buku punya power, tapi ia tidak powerfull. Buku kalah dengan pribadi manusia. Sehebat-hebatnya buku, kalah dengan manusia yang hebat. Kata Sayid Qutb, manusia lah yang dengan sempurna mewujudkan sebuah ide (buku). Kata-kata dan teladan seseorang, akan menggerakkan orang lain untuk berubah.
Maka sebuah gerakan Islam, tidak hanya harus punya buku-buku yang hebat, tapi juga tokoh-tokoh yang hebat.
Alhamdulillah kita di Dewan Dakwah atau Masyumi ini punya tokoh-tokoh yang hebat yang layak diteladani. Mohammad Natsir, Tjokroaminoto, KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, Hamka, Sjafruddin Prawiranegara, Mohammad Roem, Rasjidi, Kasman Singodimedjo, Ki Bagus Hadikusumo dan lain-lain.