Cara Islam Mencegah Kasus Bunuh Diri
Kasus bunuh diri satu keluarga kembali menjadi sorotan publik. Hal ini muncul usai satu keluarga yang terdiri dari empat orang melompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan, Tower Topas, Penjaringan, Jakarta Utara pada hari Sabtu, 9 Maret 2024. Menilik kembali, sejatinya kasus bunuh diri yang dilakukan oleh orang-orang dalam satu keluarga bukan baru kali ini terjadi. Sejumlah kasus serupa pernah terjadi dan menggemparkan masyarakat.
Sebutlah, kasus bunuh diri ibu dan anak, Grace Arijani Harapan (64) dan David Arianto Wibowo (38), yang jenazahnya ditemukan di kamar mandi rumahnya yang terletak di Cinere, Depok, Jawa Barat, pada Kamis (7/9/2023). Kasus bunuh diri satu keluarga juga pernah terjadi di Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Selasa (12/12/2023). Keluarga tersebut terdiri dari tiga orang, yakni suami berinisial WE (43), istri berinisial S (40), dan anak ARE (12). (kompas.tv, 12/03/2024).
Kasus bunuh diri satu keluarga yang kerap terjadi patut menjadi keprihatinan dan perhatian bersama. Mengingat kasus bunuh di Indonesia tidaklah sedikit. Data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri) mencatat ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari hingga 18 Oktober 2023. Angka ini melampaui kasus bunuh diri yang terjadi pada tahun 2022, yakni sejumlah 900 kasus. (katadata.co.id, 18/10/2023). Penelitian bertajuk “Profil Statistik Bunuh Diri Pertama di Indonesia” pun mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki tingkat bunuh diri tidak tercatat tertinggi di dunia, yakni 859,10% untuk bunuh diri. (bbc.com, 11/03/2024).
Mirisnya, tidak sedikit kasus bunuh diri yang terjadi akibat pinjaman online (pinjol). Founder Center for Financial and Digital Literacy, Rahman Mangussara, dalam sebuah siaran pers, menyebutkan sebanyak 25 orang bunuh diri karena pinjol, bank keliling, dan bank emok sepanjang tahun 2023. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. (liputan6.com, 19/12/2023).
Inilah cerminan masyarakat sakit dalam naungan sistem sekularisme-kapitalisme. Sekularisme yang berasaskan pemisahan agama dari kehidupan nyata makin mengikis iman dalam dada seseorang. Terkikisnya iman dalam diri seseorang inilah yang kerap kali membuat diri putus asa, bahkan depresi, karena menghadapi problematika hidup yang makin pelik. Sehingga jalan pintas bunuh diri pun kerap kali dipilih.
Di sisi lain, kapitalisme yang lahir dari rahim sekularisme nyata melahirkan masyarakat individualis nan problematik. Masyarakat yang tergerus rasa peduli dan empatinya sehingga menghilangkan kepekaan terhadap persoalan yang menimpa orang-orang di sekitarnya. Masyarakat cuek yang membuat dirinya tak ambil pusing dengan masalah orang-orang di sekitarnya.
Paradigma kapitalisme yang berorientasi untung dan rugi juga membuat negara abai dengan persoalan individu rakyatnya. Ya, dalam naungan kapitalisme, negara bukanlah pengurus urusan rakyat, melainkan regulator bagi kepentingan para pemilik modal. Tidak heran, bila negara terus saja melahirkan kebijakan yang berpihak kepada kapitalis, sedangkan rakyat adalah objek yang terus diperas darah dan keringatnya.
Kebijakan ekonomi kapitalisme yang berbasis ribawi juga memiliki andil besar dalam menyengsarakan rakyat. Alih-alih menyejahterahkan, ekonomi ribawi nyata menjerumuskan rakyat dalam jurang utang yang berakibat fatal. Demi lepas dari utang ribawi, cara haram pun dihalalkan. Bunuh diri pun akhirnya menjadi pilihan jika tak menemukan jalan keluar.
Dalam aspek pendidikan, kurikulum sekuler makin sukses melahirkan generasi yang jauh dari aturan agama. Generasi yang minim iman dan gemar mengambil cara instan. Generasi bermental tempe yang tak tahan gempuran sehingga mudah berpenyakit mental, karena hilangnya kesadaran hubungan dengan Sang Penciptanya. Rendahnya kualitas ketakwaan individu inilah yang membuat angka bunuh diri makin tinggi.
Dalam paradigma Islam, tindakan bunuh diri jelas dilarang oleh syariat. Sebab, sebagai seorang Muslim harus meyakini bahwa ketetapan Allah SWT niscaya mengantarkan dirinya pada kebaikan. Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (TQS. An-Nisa [4]: 29).
Tindakan bunuh diri yang makin marak niscaya dapat dicegah, andai sistem Islam diterapkan secara totalitas dalam seluruh aspek kehidupan. Sebab, Islam memandang bahwa menjadi tanggung jawab negara mengurus dan menjaga rakyatnya, baik fisik maupun psikisnya. Kesejahteraan bukan sebatas terpenuhinya kebutuhan jasmani, melainkan juga terpeliharanya kesehatan mental rakyat.
Penerapan Islam secara menyeluruh niscaya akan membentuk pondasi keimanan yang kokoh bagi setiap individu. Sehingga takwa dan tawakal menjadi modal besar dan pedoman utama dalam mengarungi kehidupan dunia. Islam juga menegaskan bahwa kebahagiaan hakiki seorang Muslim terletak pada keridaan Allah SWT.