Childfree, Ide Sesat Melawan Fitrah
Berbagai ide tersebut tidak hanya khayali, tetapi juga tidak berlandaskan pada kebenaran. Ide yang tidak berlandaskan pada kebenaran, jelas cepat atau lambat akan mengantarkan manusia pada kehancuran. Alhasil, ide ini harus segera dihilangkan dalam benak umat untuk menjaga fitrah manusia.
Anak merupakan aset dunia dan akhirat, tidak hanya bagi orang tuanya, tetapi juga bagi umat. Betapa sepi dan suramnya rumah tangga, bahkan dunia, tanpa suara tawa dan tangisan anak-anak. Bahkan anak pulalah yang dapat menjadi salah satu penerang kubur dan akhirat orang tuanya kelak, sebab doa dan aliran pahala dari anak yang salih. Masyaallah.
Anak sebagai aset dunia dan akhirat disampaikan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw dalam sabdanya, “Apabila manusia itu meninggal dunia, terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak salih yang berdoa baginya.” (HR. Muslim).
Islam tidak memberikan batasan jumlah anak. Sebab Islam memandang bahwa anak adalah rezeki. Setiap anak memiliki jaminan rezeki dari Allah SWT. Alhasil, ketika kita sungguh-sungguh memegang tali agama Allah SWT, niscaya kita pun tidak pernah ragu untuk memiliki anak. Bukan lagi childfree dalam benak kaum muslim, melainkan free memiliki banyak anak, jika memang memungkinkan.
Dalih tidak memiliki anak karena motif ekonomi pun terpatahkan, sebab Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (TQS Al-Isra [17]: 30-31).
Di satu sisi, orang tua pun tidak akan dipusingkan dengan pemberian nafkah dan pendidikan untuk anak-anaknya. Sebab sistem Islam memberikan jaminan terhadap kebutuhan pokok rakyatnya. Menjadi kewajiban dan tanggung jawab negara untuk melayani dan mengurus kebutuhan pokok rakyat. Dalam aspek pendidikan, sistem Islam juga memiliki banyak pilar pendidikan untuk melahirkan dan mencetak generasi terbaik umat manusia.
Sebagai aset umat Islam, Rasulullah Saw pun menyukai jumlah umatnya yang banyak. Bahkan dalam sabdanya, Beliau Saw memohon kepada Allah SWT, “Ya Allah, limpahkanlah hartanya dan limpahkanlah (jumlah) anaknya. Dan berkahilah apa yang Engkau telah berikan kepadanya.” (HR. Muttafaqun ‘Alaih).
Sementara itu dalam hadis yang lain, Rasulullah saw. juga bersabda, “Nikahilah wanita yang pengasih dan punya banyak keturunan karena aku sangat berbangga karena sebab kalian dengan banyaknya pengikutku.” (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i).
Alhasil, Maha Besar Allah yang telah menciptakan manusia dengan fitrahnya. Dengan memahami fitrah dan proses dalam kehidupan kita, semestinya mampu mengokohkan keimanan dan ketakwaan kita. Sehingga tanpa ragu kita senantiasa mendengar dan taat terhadap perintah dan larangan-Nya. Tanpa dalih, tanpa nanti, tanpa tapi.
Bersyukurlah bagi siapa saja yang tetap atas fitrahnya. Memiliki anak, buah cinta dengan pasangan halal. Penyejuk pandangan mata, penawar duka lara. Terselip doa untuk anak-anak kita, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang salih.” (TQS. Ash Shaffaat [37]: 100). Wallahualam bissawab.
Jannatu Naflah, Praktisi Pendidikan