China Kerja Paksa Buruh Uighur Produksi Masker
New York (SI Online) – Sebuah investigasi video New York Times pada Ahad (19/7) mengidentifikasi perusahaan-perusahaan China menggunakan program kerja paksa buruh warga Uighur untuk memproduksi masker wajah masa pandemi COVID-19.
Investigasi visual mengungkapkan, beberapa perusahaan China menggunakan tenaga kerja Uighur dari program pemerintah yang kontroversial untuk membuat masker yang akan dikirim ke AS dan seluruh dunia.
Rekaman menunjukkan, sekelompok warga Uighur tiba di sebuah perusahaan tekstil yang mulai memproduksi masker sebagai respons terhadap pandemi.
Video yang diproduksi secara apik ini bersumber dari TV pemerintah Tiongkok yang nampaknya menunjukkan pekerja sedang bersiap-siap untuk pekerjaan baru mereka.
Namun di balik propaganda ini, ada sebuah kisah tersembunyi tentang program tenaga kerja pemerintah yang sudah lama dan sangat kontroversial, yang menurut para ahli sering membuat orang bekerja di luar kehendak mereka.
Investigasi meneliti ratusan video, foto, dokumen pemerintah, dan data pengiriman untuk mengungkapkan bagaimana permintaan yang meningkat akan masker wajah dikaitkan dengan program yang bermasalah ini.
“Kaum miskin pedesaan yang dimasukkan ke dalam pekerjaan pabrik tidak punya pilihan. Ada paksaan yang menyebabkan orang dimasukkan ke dalam pekerjaan pabrik ketika mereka tidak menginginkannya. Dan itu bisa dianggap kerja paksa di bawah hukum internasional,” hasil kajian menyebutkan.
Di Xinjiang, tempat mayoritas Muslim Uighur tinggal, hanya empat perusahaan yang memproduksi peralatan pelindung tingkat medis sebelum pandemi. Sekarang, jumlah itu mencapai 51 perusahaan.
“Kami menemukan bahwa setidaknya 17 dari mereka berpartisipasi dalam program transfer tenaga kerja. Perusahaan mana pun yang menyediakan masker atau alat pelindung diri yang ingin menghindari konten kerja paksa dalam produk-produk itu seharusnya tidak mengambilnya dari Xinjiang,” lanjutnya.
Di antara yang terkenal adalah perusahaan Tekstil Tianshan.
China dengan bangga mempromosikan program transfer sebagai cara yang menurut pemerintah untuk mengurangi kemiskinan.
Data menunjukkan, pada pertengahan Maret 2020, pemerintah China memindahkan hampir 2.000 warga Uighur dari Hotan, di selatan Xinjiang. Tujuan mereka adalah Urumqi, ibu kota Xinjiang di utara. Serta lima puluh dikirim ke Tianshan Textile untuk tugas yang sangat spesifik.
Perusahaan Hubei Haixin juga menggunakan pekerja Uighur dari program transfer tenaga kerja. Pabriknya terletak hampir 2.000 mil jauhnya dari Hotan, tempat para pekerja Uighur dipindahkan.
Masker produk Hubei Haixin diberangkatkan dari pelabuhan di Shanghai menuju pelabuhan Los Angeles, AS, pada akhir Mei.
Kemudian, pengiriman diterima oleh MedWay US, sebuah perusahaan pemasok medis di Suwanee, Ga. Meskipun MedWay US tidak memberikan jawaban pertanyaan dari The Times tentang asal-usul produk mereka.
Namun, perlengkapan pelindung yang dibuat oleh Hubei Haixin juga tersedia untuk konsumen AS di situs web belanja online populer.
Para pekerja Uighur juga diharuskan menghadiri upacara pengibaran bendera nasional mingguan untuk mengikrarkan kesetiaan kepada Tiongkok. Mereka juga harus belajar berbicara bahasa Mandarin.
Menurut media pemerintah, Uighur membentuk lebih dari 25 persen tenaga kerja perusahaan.
sumber: NYTimes/Mina