Cinta Rozien Ada di Sini
“Terima kasih pada ustaz semuanya. Ya Allah, kenapa saya membawanya ke sini. Karena saya tahu cinta Rozien ada di sini. Saya tahu Rozien cinta dengan Husnul. Mohon maaf kami sebagai orang tua bila ada salah,” kata sambutan ibunda Rozien diiringi derai air mata kesedihan. Setelah prosesi menyalatkan jenazah pada 7/9/2019 pukul 3.35 dini hari, di Pondok Pesantren (Ponpes) Husnul Khatimah.
Instagram Husnul Khatimah dibanjiri ribuan komentar dan ucapan doa, mengiringi kepergian Rozien setelah tewas terbunuh akibat luka tikaman senjata pemalak di Jalan Cipto Mangunkusumo Cirebon, pada malam 6/9/2019.
Peristiwa pembunuhan tersebut benar-benar mengejutkan. Bukan hanya karena terjadinya di tempat yang ramai lalu lintasnya, di pukul 20.35 masih banyak orang lalu lalang di sana. Akan tetapi juga di kota yang baru saja mendapatkan kembali penghargaan Kota Layak Anak (KLA) kategori Madya tahun 2019. Mengulangi sukses di tahun sebelumnya.
Penghargaan diberikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia, Yohana Yambise dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2019 di Kota Makassar, Selasa (23/7). Diterima oleh Wakil Wali Kota Cirebon, Dra. Hj. Eti Herawati. (Cirebonkota.go.id, 24/7/2019).
Dengan penghargaan tersebut, diharapkan Kota Cirebon menjadi kota yang layak anak dengan berbagai perhatian dan fasilitas terhadap anak-anak. Hingga saat ini, Pemerintah Daerah Kota Cirebon bersama masyarakat terus berupaya memberikan ruang yang nyaman bagi anak. Serta memberi perlindungan dan menjamin hak-hak anak.
Akan tetapi kematian Rozien, santri kelas XII Ponpes Husnul Khatimah, menjadi bukti bahwa penghargaan tersebut belum menyentuh fakta yang berkelindan di tengah umat. Di atas kertas, tampak seolah benar Cirebon layak atas penghargaan tersebut. Akan tetapi masih banyak anak-anak yang belum mendapat perhatian dari negara. Tidak hanya sisi keamanan yang belum terjaga, pendidikan, kesehatan bahkan kebutuhan dasar pun belum terpenuhi.
Sebagaimana yang terjadi baru-baru ini, ketika dijumpai minat bersekolah pada anak-anak di wilayah selatan Kota Cirebon, di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, masih rendah. Anak-anak di wilayah itu lebih memilih bekerja membantu orang tua daripada masuk sekolah. Hal ini disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BPPPPD) Kota Cirebon, M Arief Kurniawan. (Republika.co.id, 14/3/2019)
Tidak hanya itu, fakta mengejutkan berhasil dikumpulkan Lembaga pendamping korban, Women Crisis Center (WCC) Mawar Balqis. Mereka pernah mendata kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak di Cirebon, di 2018 yaitu sebanyak 58 kasus. Angka yang tinggi. Ratusan kasus yang pernah mereka tangani kebanyakan terjadi pada remaja dan anak-anak. Terbanyak usia 11 tahun, terkecil menimpa anak dua tahun.