TELADAN

Cobaan Ulama Besar Al Khatib Al Baghdadi

Cukup lama al Khatib bersembunyi. Namun upaya al Basasiri memburunya terus digencarkan. Petinggi Syiah Rafidhah ini terus memburunya di setiap wilayah dan hampir al Khatib tertangkap. Akhirnya al Khatib terpaksa pergi dari Baghdad untuk menyelamatkan diri. Ia bergeral menuju Syam dan akhirnya menetap di sebuah tempat di Damaskus.

Tatkala masyarakat mengetahui al Khatib di Damaskus, mereka berduyun-duyun mendatanginya. Para pencari ilmu, ulama dan perawi hadits selalu setia mengerumuninya. Hingga kemudian al Khatib mempunyai sebuah majelis hadits permanen di Masjid Umawi, Damaskus.

Saat itu seluruh negeri Syam, termasuk Damaskus adalah berada di bawah kekuasaan Daulah Fatimiyah yang Syiah. Meski demikian mereka membiarkan orang bebas dalam berkeyakinan dan tidak memaksa seorang pun untuk menganut paham Syiah seperti yang dilakukan Syiah Rafidhah Imamiyah.

Melihat Al Khatib al Baghdadi banyak pengikutnya di Damaskus, maka para provokator mencari cara untuk menjatuhkan al Khatib. Diantara mereka yang paling jahat adalah Husain bin Ali ad Damansyi. Ia berkata kepada gubernur Damaskus, ”Al Khatib adalah seorang nashibi yang meriwayatkan hadits tentang keutamaan-keutamaan para sahabat dan keutamaan-keutamaan al Abbas di masjid.”

Melihat tingginya kedudukan ilmu Al Khatib, gubernur Damaskus yang berpaham Syiah Rafidhah ini ragu-ragu untuk menyerang langsung Al Khatib. Ia khawatir akan terjadi revolusi di kalangan penduduk Damaskus yang mayoritas berpaham Ahlussunnah.

Akhirnya penguasa Damaskus –bersama Ibnu ad Damansyi—membuat makar dan tipudaya untuk menghabisi Al Khatib, dengan memprovokasi warga Damaskus untuk menyerang dan membunuh Al Khatib. Mereka melemparkan tuduhan bahwa Al Khatib telah melakukan sodomi (homoseksual). Mereka menuduh (tanpa bukti) bahwa Al Khatib melakukan sodomi dengan seorang pemuda tapan yang kerap menemuinya dalam menyimak hadits.

Tuduhan itu dihembuskan dan dibarengi dengan pengerahan pasukan gubernur Damaskus mengepung rumah Al Khatib. Tapi saat itu, komandan kepolisian Damaskus yang bermazhab Sunni menyelamatkan Al Khatib. Ketika melakukan penangkapan terhadap Al Khatib, komandan itu mengatakan, ”Aku diperintahkan membunuhmu. Akan tetapi siasatku hanyalah dengan cara membawamu ke kediaman Syarif Ibnu Abi al Hasan –salah seorang tokoh yang disegani gubernur Damaskus-, apabila engkau mendekati rumah itu, lompatlah dan masuklah ke rumahnya. Aku tidak akan berusaha mencarimu. Aku hanya akan menemui gubernur dan memberitahunya bahwa peristiwa itu yang terjadi.”

Rencana itu kemudian terlaksana. Gubernur Damaskus kemudian memanggil Asy Syarif dan memintanya agar menyerahkan Al Khatib al Baghdadi.

Asy Syarif berkata, ”Wahai gubernur. Engkau mengetahui bagaimana keyakinanku mengenai dirinya dan orang-orang sepertinya. Membunuh Al Khatib tidaklah mendatangkan kebaikan. Hal demikian sangat masyhur di Irak. Apabila engkau membunuhnya, maka banyak orang Syiah akan dibunuh sebagai akibatnya dan sejumlah keindahan akan hancur.

Gubernur Damaskus bertanya, ”Lalu apa pendapatmu?”

“Aku mengusulkan agar ia diusir dari kotamu,” kata asy Syarif.

Kemudian sang gubernur memerintahkan agar Al Khatib diusir. Ia pun pergi meninggalkan Damaskus dan menuju kota Tyre. Ia tinggal di sana selama beberapa waktu. []

Nuim Hidayat

Sumber: Cobaan Para Ulama karya Syaikh Syarif Abdul Aziz (Pustaka al Kautsar, 2012).

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button