‘Me Time’ Versi Anak Muda dan Para Ulama

Di zaman sekarang, me time sering diartikan sebagai waktu untuk ‘babas’ dari kesibukan. Banyak anak muda sekarang mengisinya dengan hal-hal yang kurang bermanfaat—scrolling media sosial berjam-jam, binge-watching drama tanpa henti, atau nongkrong tanpa arah. Tanpa disadari, waktu berlalu begitu saja tanpa makna, hanya menghasilkan lelah baru dan kekosongan batin.
Padahal dalam Islam, waktu adalah nikmat besar yang sangat dihargai. Rasulullah Saw bersabda, “Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu darinya: kesehatan dan waktu luang” (HR Bukhari).
Waktu juga amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban. Bahkan ulama mengatakan, waktu itu ibarat pedang: jika tidak kita manfaatkan untuk kebaikan, maka ia akan menebas kita dengan penyesalan.
Para ulama terdahulu sangat memahami betapa berharganya waktu. Mereka memaknai me time bukan sebagai pelarian, tapi sebagai momen pertumbuhan. Contoh para ulama memanfaatkan waktu, Imam Syafi’i sudah menghafal Al-Qur’an dan hadits sejak kecil. Setiap waktu luangnya digunakan untuk belajar dan menulis, bahkan di tengah keterbatasan alat tulis.
Begitu juga Imam Bukhari, penulis kitab Shahih Bukhari, dikenal sangat disiplin. Beliau sering bangun malam hanya untuk menuliskan hadits yang terlintas di ingatannya. Bahkan, Ibnu Taimiyyah banyak mengisi waktu menyendiri dengan dzikir dan refleksi. Menurutnya, waktu terbaik adalah saat seseorang berpikir, mengoreksi diri, dan memperbaiki hubungannya dengan Allah.
Dari ketiga para ulama di atas, pelajaran yang bisa diambil sebagai seorang Muslim untuk memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya. Jangan sampai me time justru menjauhkan kita dari tujuan hidup yang hakiki. Karena waktu adalah pedang bermata dua: jika kita tidak menggunakannya untuk hal baik, ia akan menjadi sebab penyesalan.
Maka, isi me time dengan hal yang bermanfaat, seperti membaca, berzikir, journaling, menulis, atau sekadar merenung dan memperbaiki diri. Karena pada akhirnya, me time bukan hanya tentang menyendiri—tetapi tentang mendekatkan diri kepada-Nya.[]
Elmira Fairuz Inayah, Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok