NASIONAL

Di Tengah Banyak Fitnah, HNW Ajak Santri untuk Konsisten dalam Kebaikan

Mosi tersebut diterima oleh seluruh Fraksi di DPR-RIS sehingga berselang empat bulan dari Mosi Integral Natsir, tepatnya pada 17 Agustus tahun 1950, Indonesia yang sempat berbentuk Serikat (RIS) kembali diproklamirkan oleh Bung Karno menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Adapun terkait kemenangan Taliban di Afghanistan, HNW juga ingatkan bahwa delegasi Taliban di bawah pimpinan Mullah Abdul Ghani Baladar, tokoh kunci Taliban, pernah berkunjung resmi ke Indonesia. Mereka juga berjumpa dengan MUI dan PBNU. Taliban yang bermadzhab Sunni (Hanafi, Maturidy dan Qadiry) sebagaimana mayoritas mutlak Muslim Indonesia juga Sunni, wajar bila waktu itu diterima dengan resmi dan hangat oleh MUI dan PBNU. Dan Taliban pun sangat terkesan dengan aktivitas PBNU sehingga akan mendirikan cabang NU di Afghanistan.

Kata HNW, Taliban seperti Sunni di Indonesia bukan Wahabi atau ISIS, bahkan mereka malah mengeksekusi hukuman mati terhadap Ketua ISIS di Asia Selatan, Umar Khurasani. Taliban yang minta banyak masukan kepada ulama-ulama di MUI, PBNU dll, bukanlah kelompok radikal atau takfiri.

Sehingga mestinya dengan makin banyaknya masukan dan atau perhatian yang mereka minta dari Indonesia, seperti dari pak JK, MUI, NU, Muhammadiyah dll, maka Taliban akan semakin dapat membuktikan janji-janjinya untuk menjadi Taliban baru, yang memberikan harapan realisasi dari Islam yang rahmatan lil alamin, yang wasathiyah (moderat) dan cinta negara, sekaligus koreksi atas berbagai stigma, salah paham, dan citra negatif yang sebelumnya ada/diadakan, kata HNW yang juga anggota Komisi VIII DPR-RI itu.

“Hal-hal ini membuktikan bahwa santri baik di Indonesia maupun yang lainnya, merupakan entitas moderat yang memiliki akar sejarah perjuangan dan kecintaan terhadap agama, bangsa dan negara yang sangat jelas rujukan madzhab Sunni dalam fiqih, theologi maupun tasawufnya, maupun juga dalam berpolitiknya, bukan ajaran atau laku terorisme, ekstremisme maupun radikalisme,” pungkasnya.

red: adhila

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button