Dikadali Demokrasi?
إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
“Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus.” (QS. Yusuf: 40).
Juga firman-Nya yang lain:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Mâ`idah: 50).
Sudah Allah kabarkan bagaimana akibat berpaling dari aturan-Nya:
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Kedua, pilar kebebasan. Sebab berangkat dari trauma masyarakat Eropa atas pengaturan gereja waktu itu yang menjadi belenggu dan keterbelakangannya. Maka semangat kebebasan pun tak luput menjadi ruh dari demokrasi modern saat ini. Jika manusia dibebaskan dengan hidupnya, lantas bukan keteraturan dan keseimbangan yang didapat, sebaliknya kehancuran malapetakalah yang menjadi kesudahannya.
Perlu berapa banyak lagi bukti yang harus kita lihat? Berapa banyak lagi kedzaliman yang harus kita saksikan? Berapa banyak lagi peraturan, UU, PP, berikut langkah-langkah licik dari para penguasa dzalim yang terus menyengsarakan? Tidak bisa dibantah, sistem ini memang bermasalah.
Rasa-rasanya, narasi akan ide yang selama ini terus berusaha dipertentangkan dan dimonsterisasi justru kini semakin merapat menuju realisasi. Diskusi soal pergantian sistem kini bukanlah sesuatu yang tabu atau utopis, melainkan sesuatu yang niscaya. Bagaimana kita akan menyelesaikan ini semua jika tidak dengan mengganti sistem yang ada?
Pada akhirnya, terlepas dengan segala namanya, setiap negara itu akan berpulang kepada 3: kapitalisme, komunisme, ataukah Islam? Sungguh, tidak ada sistem kehidupan terbaik melainkan yang lahir dari ideologi yang benar. Dan yang disebut terakhirlah karunia Tuhan semesta alam yang paling besar untuk seluruh umat manusia. Lantas, masihkah kita berharap pada demokrasi setelah sekian lama ditikam oleh pengkhianatan dan ketamakan?
Jika hari ini kita masih mengambil lagi demokrasi sebagai solusi, sungguh kita adalah rakyat yang tidak pernah belajar. Sudah saatnya kita campakkan demokrasi dan menginstall sistem kehidupan yang paling layak mengatur hidup manusia. Sistem itu tidak lain dan tidak bukan hanyalah Islam, yang terbukti membentang dalam peta sejarah sepanjang 1300 tahun lamanya, tiada membawa suatu apapun selain kegemilangan yang menggembirakan.
Tidaklah terwujud sistem Islam itu kecuali rakyat sendirilah yang menginginkannya. Inilah momentum besar kita untuk saling bergandeng tangan mengambil peran dalam visi besar perjuangan. Visi dunia dan akhirat, memperjuangkan satu-satunya sistem kehidupan yang diridhoi-Nya. Hadanallahu waiyyakum. Wallahua’lam bish-shawaab.
Muntik A. Hidayah, Koordinator BMIC Malang dan Pegiat Literasi