NASIONAL

Empat Indikator Kebahagiaan Seorang Muslim

Bogor (SI Online) – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc mengatakan ada empat hal indikator kebahagiaan seorang muslim dalam kehidupan.

Indikator pertama adalah memiliki istri/suami yang saleh. Yaitu istri atau suami yang bertanggung jawab, mengajak kepada kebaikan mengajak kepada ajaran Islam, serta mengajak kepada pelaksanaan ajaran Allah dalam kehidupan rumah tangga.

Antakuna zaujatuhu shalihatan, yaitu zaujah atau istrinya atau suami atau pasangannya shaleh dan bertanggung jawab,” jelas Kiai Didin dalam kajian online di kanal Youtube Kalam TV pada Ahad (17/10/2021).

Kedua, lanjut Kiai Didin, yaitu memiliki anak yang baik, saleh dan salehah atau yang disebut dengan dzurriyah thayyibah.

Ia memaparkan bahwa para Nabi selalu berdoa kepada Allah, Ya Allah limpahkan kepada kami keturunan yang baik, indah, qurrota ayyun, keturunan yang membuat indah pandangan kita, membuat kelegaan hati kita, masa depan kita.

Yang ketiga yaitu memiliki teman atau sahabat yang saleh. Yang dimaksud saleh disini adalah, ketika kita melakukan kebaikan maka kawan mendukungnya. Tetapi ketika kita melakukan kesalahan maka sahabat kita akan mengoreksi kesalahan yang kita lakukan.

“Dan tentunya kita harus menerima dengan penuh keikhlasan,” tutur Kiai Didin.

Ketua Pembina Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) itu menambahkan bahwa di dalam surat Az-Zukhruf ayat 67 Allah menjelaskan bahwa pertemanan dan persahabatan di dunia, di akhirat kelak pada akhirnya akan menjadi saling bermusuhan dihadapan Allah. Kecuali persahabatan yang dilandasi ketakwaan kepada Allah.

“Inilah pribadi Muslim, apapun yang dilakukan landasan dan tujuannya jelas, yaitu memperkuat keimanan, memperkuat keyakinan, menjadikan kita istiqamah dalam kebaikan,” tambahnya.

Yang keempat, Kiai Didin menyebutkan bahwa salah satu kebahagiaan seorang Muslim yaitu rizkinya ada di negerinya atau di dekatnya. Maksudnya yaitu orang tua atau ayah yang mencari rezeki (nafkah) di lokasi yang tidak terlalu jauh (dari rumah). Tujuannya agar orang tua bisa mendidik anak-anaknya.

“Karena pendidikan anak juga sangat ditentukan oleh eksistensi dan tanggung jawab orang tua baik bapak maupun ibu,” pungkasnya.

rep: fanny
red: adhila

Artikel Terkait

Back to top button