Empat Tugas Penting Pemimpin
Yang kedua, tugas pemimpin adalah menjalankan zakat. Dengan zakat maka masalah ekonomi masyarakat akan teratasi. Tidak dengan pajak. Pajak terus akan membuat masalah di masyarakat. Di Amerika dan Eropa pajak juga selalu menjadi masalah. Pajak itu terpaksa. Zakat itu sukarela. Pajak itu sering menipu, zakat itu jujur adanya.
Jadi sebagai pemimpin harus memperhatikan kebutuhan ekonomi masyarakatnya. Jangan sampai rakyatnya banyak yang kelaparan sementara pejabatnya bermewah mewah. Seperti yang kita temui di negeri kita. Pejabatnya banyak yang rakus padahal jumlah orang miskin menurut bank dunia lebih dari 200 juta.
Masuk akal atau tidak misalnya direksi dan komisaris Pertamina gaji dan tunjangannya tiap bulan lebih dari dua miliar. Begitu juga anggota DPR dan pejabat pejabat BUMN lainnya. Mereka penghasilannya ratusan juta, sementara rakyat banyak yang kelaparan. Rakyat banyak yang kesusahan untuk makan sehari hari.
Kondisi ini ironis dengan masa ketika Islam berjaya dulu. Misalnya di zaman Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz. Saat itu Baitul mal atau kas negara kaya raya, tapi para pemimpinnya hidup sederhana. Sayidina Umar mampu kalau mau bangun istananya dengan emas, tapi Umar memilih berkantor biasa. Bahkan kadang tidur di bawah pohon. Saking makmurnya di zaman Umar bin Abdul Aziz, rakyatnya tidak ada yang mau menerima zakat. Sehingga zakat akhirnya diekspor ke Afrika.
Tugas yang ketiga adalah menyuruh kepada yang makruf. Makruf berasal dari bahasa Arab. Arafa maknanya dikenal, diketahui. Perbuatan makruf dikenal oleh manusi seluruhnya. Manusia yang hatinya bening tidak ada yang benci kepada perbuatan shalat, zakat, puasa, sedekah, membaca Al-Qur’an dan lain lain. Semua hal yang diperintahkan Allah dan RasulNya adalah makruf.
Jadi pemimpin harus menyuruh rakyatnya jujur, suka bersedekah, membaca Al-Qur’an, menolong orang yang lemah dan lain lain.
Tugas yang keempat dan ini yang paling berat adalah mencegah kemungkaran. Pemimpin harus sekuat tenaga mencegah kemungkaran. Apa itu mungkar? Semua hal yang dilarang Allah dan RasulNya. Misalnya pelacuran, perjudian, minuman keras, bohong dan lain lain. Hati manusia sebenarnya berat melakukan kemungkaran. Tapi karena hatinya berkarat maka hilang rasa berat itu
Jadi kalau di sebuah wilayah kemaksiyatan merajela, maka berdosalah pemimpinnya. Dosa presiden bila membiarkan minuman keras menyebar di negeri ini. Dosa walikota jika membiarkan pelacuran merebak di wilayahnya. Bila pemimpin telah berusaha keras menghapus berbagai kemaksiyatan itu, tapi ada yang melakukannya dengan sembunyi sembunyi maka terlepaslah dosa pemimpin itu.
Nahi mungkar ini berat. Tapi itulah ujian bagi pemimpin. Dengan fasilitas yang diberikan oleh negara, pemimpin harus bisa menjalankan amanah itu. Bila tidak, maka lebih baik ia mundur jagi pemimpin daripada ia menanggung dosa besar di akhirat nanti.
Itulah empat tugas penting pemimpin dalam Al-Qur’an. Semoga kita bisa mengamalkannya. Amiin.
Nuim Hidayat, Direktur Akademi Dakwah Indonesia Depok.