INTERNASIONAL

Erdogan Sebut Eropa Sedang Panik, Mengapa?

Ankara (Ankara) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan anggota Uni Eropa (UE) dan negara-negara Eropa lainnya sedang panik atas masuknya pengungsi dari Ukraina.

Berbicara di depan pendukung partainya di kota Kizilcahamam pada Ahad (05/06), Erdogan mengatakan Turki telah berhasil mengelola migrasi tidak teratur yang berasal dari Suriah selama 11 tahun.

“Kami melihat kepanikan di Eropa sebagai akibat dari krisis Ukraina-Rusia,” ujarnya, seperti dikutip dari Russia Today, Senin (6/6/2022).

Erdogan melanjutkan dengan mengungkapkan harapan bahwa dunia akan keluar dari periode kritis yang sedang dialaminya sesegera mungkin.

Sejak Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari, hampir 14 juta warga Ukraina telah mengungsi. Data ini bersumber dari laporan yang diterbitkan pada Jumat oleh Amin Awad, Asisten Sekretaris Jenderal PBB yang juga Koordinator Krisis PBB untuk Ukraina.

Menurut data itu, enam juta dari orang-orang Ukraina diyakini telah melarikan diri ke negara-negara tetangga. Negara-negara anggota UE seperti Polandia, Rumania, dan Hongaria telah menjadi salah satu tujuan utama, selain Rusia, bagi para pengungsi Ukraina.

Selain masalah migrasi yang dipicu oleh perang Ukraina, Erdogan juga menyinggung pengajuan Swedia dan Finlandia untuk menjadi anggota NATO, yang diajukan pada pertengahan Mei, dengan alasan ancaman yang dirasakan dari Rusia.

Erdogan menjelaskan, Ankara akan terus memblokir kedua negara itu untuk bergabung dengan blok militer NATO sampai harapan Ankara terpenuhi.

Karena persetujuan bulat dari 30 anggota NATO diperlukan agar anggota baru dapat diterima ke dalam aliansi, keberatan Turki secara efektif telah menahan harapan kedua negara Nordik itu untuk bergabung dalam waktu dekat.

Ankara menegaskan bahwa mereka hanya akan membuka blokir aksesi kedua negara itu jika mereka berhenti menyembunyikan orang-orang yang terkait dengan kelompok teroris Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan organisasi Kurdi lainnya yang dicap teroris oleh Ankara.

Pertikaian utama lainnya adalah keputusan pada 2019 oleh Stockholm dan Helsinki untuk melarang penjualan senjata ke Turki setelah serangan militer Ankara ke Suriah utara terhadap militan Kurdi. Turki menuntut agar hal itu dicabut.

red: a.syakira

Artikel Terkait

Back to top button