‘Erdoganisme’ dan Hagia Sophia
Yang lebih mengagumkan lagi adalah saat shalat subuh, masjid di Turki sangat penuh sesak dengan jamaah yang kebanyakan adalah anak-anak muda. Hampir mirip dengan suasana shalat Jumat di Indonesia.
Kiai Didin mengingat kembali ketika dirinya berkunjung ke Turki tahun 90-an, dimana Turki masih dibelenggu oleh sekulerisme. Jangankan shalat subuh, ketika adzan shalat magrib pun tak ada yang shalat di masjid. Saat itu ia shalat hanya dengan istri beserta anak, tak ada jamaah lain dari warga Turki yang shalat.
“Luar biasa dan yang lebih mencengangkan para pemuda Turki ke masjid dengan mobil-mobil mewah di parkir di halaman masjid,” tambah Kiai Didin.
Erdogan dengan partainya AKP selain berhasil membangun kesejahteraan ekonomi untuk rakyat Turki namun juga mampu mengikis sekulersime dengan mengembalikan nilai-nilai Islam ketengah-ketengah kehidupan rakyat muslim Turki.
Erdoogan mampu menjawab cemoohan oposisi sekuler dengan pembangunan ekonomi, infrastruktur, pendidikan yang merata bagi seluruh rakyat Turki.
Mengubah status Hagia Sophia
Dan kini fenomena Erdoganisme kembali menyeruak akibat keberanian Erdogan mengembalikan Hagia Sophia sebagai masjid.
Seperti diketahui, Hagia Sophia dibangun pada 537 M pada era dinasti Bizantium sebagai Gereja Katedral Katolik Timur. Hagia Sophia kemudian dijadikan masjid setelah kesultanan Ottoman dibawah pimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel pada 1453 M. sejak saat itu Hagia Sophia menjadi masjid sampai tahun 1935. Kemudian saat Ottoman diruntuhkan oleh Mustafa Kamal, Hagia Sophia diubah fungsinya menjadi meseum hingga Juli 2020.
Keputusan Erdogan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid ditentang banyak pihak terutama Yunani dan Vatikan. Namun Erdogan bergeming. Walau sebenarnya Yunani dan Vatikan secara historis wajar-wajar saja bereaksi atas perubahan status Hagia Sophia.
Hagia Sophia yang sekarang berada di kota Istanbul dan sepenuhnya dimiliki Turki adalah hak Turki sebagai negara merdeka mau menajdikan Hagia Sophia itu sebagai apa.
Memakanai perubahan status Hagia Sophia antara fenomena agama dan politik. saya memilih pendapat politikus Fahri Hamzah yang melihat perubahan status Hagia Sophia sebagai fenomena politik. Sebab Turki adalah negara dan negara adalah entitas politik.
Fajri
Alumnus UNMUHA Banda Aceh