SUARA PEMBACA

Euforia Konser Coldplay: Rendahnya Empati Masyarakat Kapitalis

Coldplay grup band asal Inggris berencana akan menggelar konser di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta pada 15 November 2023 mendatang. Konser ini pun banyak menyita perhatian masyarakat Indonesia.

Meski tiket konser dibandrol dengan harga Rp800 ribu hingga Rp11 juta. Banyak sebagian masyarakat yang berusaha mengambil tabungan, mencari pekerjaan sampingan, menjual barang hingga meminjam uang ke pinjol demi berjumpa dengan idolanya tersebut.

Dikutip dari jatimnetwork.com, seorang pria bernama Danar (31) rela menjual kulkas dan motornya demi tiket konser termahal Coldplay yaitu seharga 11 juta rupiah. 

Kendati euforia konser Coldplay terjadi di kalangan sebagian masyarakat, terdapat kontra dari Persaudaraan Alumni 212. Menurut Wasekjen PA 212 Novel Bamukmin, pihaknya menolak diadakanya konser Coldplay lantaran Chris Martin dan personel Coldplay lainya mendukung kampanye LGBT dan atheisme. Mereka pun siap mengadakan aksi besar bila konser Coldplay tetap digelar di Jakarta (narasi.tv).

Beginilah sebagian sikap masyarakat ketika dihadapkan dengan konser yang bukan menjadi kebutuhan dasar. Konser yang bersifat hiburan semata kini jadi barang wajib. Kondisi ini terjadi lantaran negara mengadopsi aturan sekuler kapitalisme. Aturan tersebut telah mengikis pemahaman yang benar. Alhasil masyarakat tidak mampu mengambil skala prioritas.  

Dalam pandangan sistem sekuler, datang ke konser merupakan self reward bagi seseorang yang telah bekerja keras selama ini. Menurut mereka, tidak mengapa mengeluarkan uang banyak demi kesenangan. Tidak peduli halal-haram, membeli tiket dari hasil pinjaman yang mengandung riba bahkan jika band yang ia senangi mendukung LGBT pun tak jadi masalah. Asal bisa bersenang-senang di bawah gemerlap lampu konser.

Pada aspek sosial, konser Coldplay yang membandrol tiket mahal telah mengkonfirmasi betapa rendahnya empati penyelenggara dan pemberi izin. Terlihat sekali sekat kesenjangan di antara masyarakat menengah atas dengan masyarakat biasa. Padahal masih banyak masyarakat yang hari ini kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat tingkat kemiskinan September 2022 sebesar 9,57 persen atau lebih tinggi dari Maret 2022 yang 9,54 persen. Sejumlah faktor turut memengaruhi kondisi itu, termasuk peningkatan inflasi sebagai dampak kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM (kompas.com)

Mirisnya budaya hura-hara ini pun difasilitasi oleh negara. Tentu saja demi cuan mereka lakukan.

Kendati mengklaim konser ini akan memberikan dampak ekonomi bagi pelaku UMKM, nyatanya yang akan diuntungkan hanyalah pengusaha besar seperti bisnis perbankan, penyelenggara konser dan hotel.

Sungguh bersukacita diatas penderitaan orang lain tak layak terjadi di kalangan kaum muslim. Ketika ada saudara kita mengalami kesulitan hidup maka selayaknya kita saling tolong menolong.

Allah SWT berfirman: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikalah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (QS. Al Hujurat: 10)

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button