Fahira Idris: Kita Butuh Kebijakan untuk Anak yang Kehilangan Orang Tua Akibat Covid-19
Jakarta (SI Online) – Anak-anak benar-benar menjadi kelompok yang paling rentan selama pandemi Covid-19 melanda. Panjangnya masa penanggulangan pandemi ini sangat berpengaruh terhadap sisi psikologis dan tumbuh kembang anak. Anak yang terbiasa dan leluasa bermain di luar dan berinteraksi dengan teman-temannya kini harus dibatasi.
Proses belajar mengajar dan interaksi anak di sekolah baik dengan guru dan teman-temannya serta berbagai kegiatan (ekstrakurikuler) yang semuanya sangat bermanfaat untuk pembentukan karakter harus terhenti. Tidak hanya itu, selain termasuk kelompok yang berisiko terjangkit, anak-anak juga rentan kehilangan anggota keluarganya terutama ayah dan ibu akibat Covid-19 selama pandemi ini.
Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, semakin panjang durasi atau waktu penanggulangan pandemi Covid-19 di suatu negara maka semakin berat dan kompleks dampak yang harus dihadapi.
Tidak hanya persoalan ekonomi, kehidupan sosial, dan pendidikan, tetapi juga akan merambat ke persoalan-persoalan lain salah satunya adalah anak-anak semakin berada dalam posisi rentan terutama jika harus kehilangan orang tuanya akibat Covid-19. Studi terbaru dari jurnal The Lancet Diperkirakan 1,5 juta anak di seluruh dunia telah kehilangan orang tua, kakek-nenek, atau kerabat lain yang mengasuh mereka karena meninggal akibat akibat COVID-19.
Data serupa juga dirilis oleh penelitian dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS), setidaknya ada lebih dari satu juta anak di seluruh dunia telah kehilangan orang tua karena Covid-19. Rinciannya ada total 1,5 juta anak telah kehilangan salah satu orang tua sehingga terpaksa harus dirawat oleh kakek-nenek atau kerabat lain yang bertanggung jawab.
“Kita di Indonesia butuh kebijakan dan perhatian khusus buat anak yang kehilangan orangtuanya akibat Covid-19. Saya memahami saat ini banyak persoalan pandemi yang sedang fokus diselesaikan oleh Pemerintah. Namun, soal kebijakan dan perhatian khusus buat anak yang kehilangan orangtuanya akibat Covid-19 juga menjadi persoalan penting yang perlu segera diformulasikan. Langkah pertama bisa dimulai dari pendataan jumlah anak-anak di Indonesia yang harus kehilangan orang tuanya (baik ibu, ayah, maupun keduanya). Dari data ini berbagai kebijakan dan perhatian khusus bisa dirumuskan,” ujar Fahira Idris yang juga pemerhati anak ini di Jakarta, Selasa (27/7/2021).
Menurut Fahira, anak-anak yang harus kehilangan orang tuanya terutama jika harus menjadi yatim piatu berisiko mengalami berbagai efek baik jangka pendek maupun jangka panjang. Mulai dari risiko terhadap keberlanjutan pendidikan, suasana hati dan psikologis (kesehatan mental), gangguan tumbuh kembang, kesehatan fisik dan kesejahteraan mereka secara umum.
“Begitu besarnya dampak dari pandemi ini bahkan bisa menggoyahkan ketahanan sebuah keluarga di mana anak-anak menjadi paling rentan terdampak. Negara mesti hadir agar anak-anak ini tetap bisa menatap masa depan dan meraih walau harus menjalani hidup tanpa salah satu atau kedua orang tuanya,” pungkas Senator Jakarta ini.
Sebelumnya ramai diberitakan, Vino (10), bocah kelas tiga SD di Kampung Linggang Purworejo, Kabupaten Kutai Barat harus melakukan isolasi mandiri seorang diri di rumahnya. Sang ibu, Lina Safitri (31) meninggal dalam kondisi hamil 5 bulan pada Senin (19/7/2021). Sedangkan sang ayah, Kino Raharjo (31) meninggal keesokan harinya, Selasa (20/7/2021).
red: adhila