Filosofi Perubahan Anies Baswedan
Sementara rakyat sudah bersiap menyambut gembira tumbangnya kezaliman melalui proses demokrasi yang konstitusional.
Meskipun figur potensial lain juga mampu menjadi Presiden perubahan tetapi yang nampak terdepan saat ini adalah Anies Baswedan mantan Rektor, Menteri dan Gubernur DKI.
Anies selepas menjadi Gubernur DKI digantikan oleh “pemain” yang mencoba menghapus jejak prestasinya di DKI. Meskipun demikian ia kini memiliki panggung silaturahmi yang lebih luas. Ia menyapa dan disapa rakyatnya. Anies Baswedan sedang merebut mahkota pertama dalam proses perjuangan yaitu “Presiden Rakyat”. Pemilu hanya sarana untuk melengkapi status menjadi “Presiden Istana”.
Pecundang politik, buzzer, dan mistikus mulai gemetar menghadapi masa depan. Anies harus dipukul-pukul. Tapi hukum politik berbunyi “semakin dipukul semakin bengkak”. Membesar dan membesar. Sulit menahan laju keinginan rakyat untuk perubahan. Anies ada di depan.
Dengan konsepsi dan filosofi kumulatif pada perubahan berupa peningkatan, koreksi, hentikan dan inovasi maka Anies Baswedan bergerak dengan lentur dan dinamis.
Ketika silaturahmi ke Bandung ia dihadiahi iket Sunda simbol kesabaran dan kewibawaan, pedang lambang perlawanan, buku kebijaksanaan dan pangsi hitam khidmah kebudayaan.
Sampurasun…Rampes!
M. Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan.
Bandung, 23 Januari 2023